Page 21 - Materi Pemulasaran Jenazah Berbasis Kearifan Lokal_Neat
P. 21
Bulleang saratu’ atau bulleang adat
Asal-usul historis Bulleang Datu dapat ditelusuri melalui
kaitannya dengan tradisi "Bulleang Karua" yang berlangsung di
masyarakat Sulawesi Barat, khususnya di daerah Mandar. Tradisi
ini adalah warisan turun-temurun dari masyarakat Ulusa’dang
Toraja dan telah ada sejak masa sebelum Islam masuk ke wilayah
tersebut. Tradisi ini merupakan upacara pemakaman yang berasal
dari warisan budaya nenek moyang yang dilakukan secara turun-
temurun sebagai penghormatan khusus kepada bangsawan atau
keturunan raja yang meninggal dunia.
Setelah kedatangan Islam, meskipun agama baru ini membawa
perubahan, tradisi Bulleang Datu tetap dilestarikan sebagai bagian
dari akulturasi budaya. Adat istiadat dan praktik yang dinilai
sesuai dengan ajaran Islam tetap dipertahankan, tetapi dijalankan
dengan cara-cara yang Islami.
Islamisasi di wilayah ini sendiri diyakini terjadi dengan cara
damai dan inklusif, di mana para penyebar agama Islam berusaha
mengakomodasi tradisi dan kepercayaan lokal sehingga mendorong
terciptanya akulturasi budaya. Dengan demikian, Bulleang Datu
sebagai tradisi penggotongan jenazah bangsawan dengan keranda
khas ini merupakan bagian dari warisan budaya yang telah berakar
dari masa pra-Islam dan kemudian mengalami akulturasi dengan
ajaran Islam yang masuk ke daerah tersebut.
Bulleang Datu adalah tradisi adat pengurusan jenazah
bangsawan yang diwariskan secara turun-temurun yang berasal
dari kepercayaan lokal sebelum Islam dan kemudian berproses
melalui akulturasi budaya dengan nilai-nilai Islam, yang kini
menjadi bagian dari identitas budaya dan penghormatan kepada
bangsawan.
17

