Page 227 - Perspektif Agraria Kritis
P. 227

Perspektif Agraria Kritis



              bidang  agraria.  Oleh  karena  itu,  penulis  untuk  selanjutnya
              akan  mencoba mengonstruksikan  berbagai  ketentuan  dalam
              UUPA ini menjadi satu kerangka normatif yang komprehensif,
              baik berupa panduan umum maupun prinsip-prinsip kebijakan
              yang lebih bersifat operasional.

                     Untuk memudahkan pembahasan, kerangka normatif
              yang dikonstruksikan dari UUPA ini akan langsung dikaitkan
              dengan  agenda  pembaruan  tata  pengurusan  agraria.  Seperti
              telah  diulas pada bab pertama, pembaruan tata pengurusan
              agraria  merupakan  upaya  penyelesaian  atas  empat  kategori
              persoalan  agraria  berikut  ini:  (1)  ketidakpastian  (insecurity)
              dalam  penguasaan  dan  pemilikan  sumber-sumber  agraria
              (SSA);  (2)  ketimpangan  (inequality)  dalam  penguasaan  dan
              pemilikan SSA; (3) ketidakadilan (unfairness) dalam hubungan
              produksi  dan  distribusi  surplus;  serta  (4)  ketidakpastian,
              ketimpangan  dan  ketidaksesuaian  dalam  alokasi  ruang  dan
              pendayagunaan SSA (lihat Gambar 1.2).
                     Seperti  telah  dibahas  dalam  bab  pertama  buku  ini,
              upaya penyelesaian atas empat kategori persoalan agraria  di
              atas  menuntut  respon  yang  tepat  serta  sepadan.  Hal  ini
              diwujudkan  dalam  bentuk  empat  komponen  pembaruan  di
              bawah ini:
              1. Pembaruan  untuk  menguatkan,  merekognisi  serta
                 melindungi  penguasaan  dan  pemilikan  SSA  yang  sudah
                 ada di tangan rakyat.
              2. Pembaruan  dalam  rangka  mengoreksi  ketimpangan
                 penguasaan dan pemilikan SSA serta menjamin akses yang
                 lebih adil terhadap SSA dimaksud.
              3. Pembaruan  untuk  merombak  hubungan  produksi  dan
                 distribusi surplus yang tidak adil.
              4. Pembaruan     dalam    rangka   penataan    ruang   dan
                 pendayagunaan  SSA  yang  lebih  menjamin  produktivitas
                 dan keberlanjutan (lihat Gambar 1.4).



                                          162
   222   223   224   225   226   227   228   229   230   231   232