Page 72 - Perspektif Agraria Kritis
P. 72
Bagian I. Pendahuluan
terbatas, perubahan sosial yang dipicu oleh pelaksanaan suatu
kebijakan tertentu. Keempat, dari sudut “aksiologis”, “perspektif
agraria kritis” mendasarkan dan sekaligus juga mengarahkan
kajiannya pada kepedulian di seputar prinsip-prinsip keadilan
sosial, kesetaraan ekonomi dan keberlanjutan ekologi.
Salah satu implikasi dari “perspektif agraria kritis”
dalam pengertian di atas adalah pilihan atas jenis riset dan
kesarjanaan yang berwatak “terlibat” (engaged); dalam arti,
“menantang secara akademis, relevan secara sosial, dan lebih
jauh juga meniscayakan pemihakan kepada kelompok
1
miskin”. Dalam rangka mewujudkan riset dan kesarjanaan
yang bersifat engaged itu, perspektif ini memegang kuat satu
asumsi dasar bahwa relasi-relasi sosial di antara berbagai pihak
di seputar sumber-sumber agraria pada dasarnya bersifat
kompetitif. Oleh karena itu, relasi-relasi tersebut dipandang
sebagai tidak pernah lepas dari unsur-unsur ketimpangan,
pemerasan dan ketidakberlanjutan. Ketimbang menerima
kenyataan ini sebagai sesuatu yang bersifat alamiah,
“perspektif agraria kritis” justru menganggapnya sebagai
bentuk-bentuk ketidakadilan yang harus dikoreksi secara
serius dalam semangat keberpihakan kepada kelompok
miskin. Atas dasar inilah, maka apa yang dicita-citakan dan
terus diperjuangkan oleh “perspektif agraria kritis” adalah
suatu kondisi tata pengurusan agraria yang ditandai oleh:
struktur agraria yang adil, relasi produksi dan distribusi
surplus yang setara, serta ekosistem yang lestari.
Sesuai dengan cirinya yang bersifat inter-disiplin,
“perspektif agraria kritis” dapat dikonstruksikan dengan
penekanan yang berbeda-beda, tergantung antara lain pada
1 Beberapa poin implikasi ini dikutip dari website Initiatives in
Critical Agrarian Studies: http://www.iss.nl/icas_about.html. Inisiatif
ini berpusat di the International Institute of Social Studies (ISS) Den
Haag, Belanda, terutama pada figur Prof. Jun Borras dan Prof. Ben
White.
7