Page 47 - PATU2025_EBOOK_PUYUHPETELUR_4_
P. 47
Puyuh Petelur
Coturnix Coturnix Japonica
produksi telur per ekor berkisar antara 200 hingga 300 butir per tahun, dengan berat telur
antara 10–12 gram. Telur puyuh dikenal memiliki nilai gizi yang tinggi, khususnya dalam
kandungan protein dan mineral, yang menjadikannya alternatif sumber protein hewani
yang potensial (Lambey et al., 2018).
Dari sisi efisiensi pakan, puyuh petelur memiliki Feed Conversion Ratio (FCR)
yang relatif rendah, berkisar antara 2,5 hingga 3,0. Hal ini menunjukkan bahwa puyuh
mampu mengonversi pakan menjadi telur secara efisien, menjadikannya sebagai
komoditas yang ekonomis dan kompetitif. Efisiensi ini sangat tergantung pada kualitas
pakan, tata laksana pemeliharaan, serta manajemen lingkungan kandang (Sari et al.,
2022).
Puyuh merupakan unggas yang peka terhadap kondisi lingkungan, khususnya
terhadap intensitas cahaya dan kepadatan kandang. Studi yang dilakukan oleh Lambey et
al. (2018) menunjukkan bahwa pencahayaan buatan selama 14–16 jam per hari secara
signifikan dapat meningkatkan performa produksi telur. Di sisi lain, kepadatan kandang
yang melebihi batas ideal (90 ekor/m²) dapat menyebabkan stres fisiologis, yang
berpengaruh terhadap penurunan produksi dan munculnya perilaku agresif atau
kanibalisme (Jahja & Supartini, 2019).
Dengan demikian, puyuh petelur memiliki potensi ekonomi yang tinggi, tidak
hanya dari aspek produktivitas, tetapi juga dari sisi efisiensi pemeliharaan. Karakteristik
biologis, morfologis, dan fisiologis yang mendukung serta kebutuhan lahan yang relatif
kecil menjadikan puyuh sebagai alternatif unggas produksi yang sesuai untuk
dikembangkan dalam sistem peternakan rakyat maupun semi komersial.
42

