Page 45 - PATU2025_EBOOK_PUYUHPETELUR_4_
P. 45
Puyuh Petelur
Coturnix Coturnix Japonica
terhadap gigitan tikus serta memastikan tidak ada celah yang memungkinkan predator
masuk.
Penelitian oleh Susilo dan Panjalu (2022) menunjukkan bahwa manajemen
kandang yang efektif dapat mendukung optimalisasi produksi telur pada usaha ternak
puyuh petelur. Beberapa upaya yang dilakukan antara lain: (1) lokasi kandang yang relatif
jauh dari riuhnya permukiman warga, (2) sirkulasi udara yang baik, (3) keamanan dari
ancaman binatang pemangsa seperti ular, tikus, kucing, dan sejenisnya, (4) sumber air
yang selalu tersedia dengan baik, dan (5) kandang yang tidak langsung di atas tanah untuk
mencegah kelembapan yang dapat menarik predator.
6.2 Istilah-Istilah
Dalam budidaya puyuh petelur (Coturnix coturnix japonica), terdapat berbagai
istilah teknis yang penting untuk dipahami oleh peternak agar dapat menjalankan usaha
secara efektif dan efisien. Salah satu istilah dasar adalah Day Old Quail (DOQ), yang
merujuk pada anak puyuh berumur satu hari. Anak puyuh pada tahap ini memiliki bobot
sekitar 7–10gram dan berbulu halus. Mereka memerlukan perawatan khusus, termasuk
suhu kandang yang hangat dan pemberian pakan yang sesuai, untuk memastikan
pertumbuhan yang optimal.
Salah satu istilah dasar yang banyak dijumpai adalah Day Old Quail (DOQ), yang
merujuk pada anak puyuh berusia satu hari. Pada fase ini, anak puyuh masih sangat rentan
terhadap perubahan suhu dan penyakit, sehingga membutuhkan perhatian intensif dalam
hal suhu brooding, kelembaban lingkungan, dan jenis pakan awal. Bobot tubuh DOQ
umumnya berkisar antara 7–10 gram, dan fase ini menjadi penentu bagi kualitas performa
pertumbuhan pada fase selanjutnya (Subekti, 2013).
Setelah melewati fase brooding, puyuh memasuki masa pertumbuhan yang sering
disebut sebagai fase grower, yang berlangsung dari usia 3 hingga sekitar 5 minggu. Pada
periode ini, pertumbuhan fisik terjadi secara cepat, dan mulai muncul diferensiasi jenis
kelamin. Proses pemisahan antara puyuh jantan dan betina berdasarkan morfologi disebut
sexing. Pemisahan ini penting dilakukan untuk keperluan produksi telur konsumsi, di
mana hanya puyuh betina yang dipertahankan untuk tujuan produksi, sementara puyuh
jantan biasanya digunakan untuk kebutuhan lain atau dijual (Giuliano & Selph, 2005).
40

