Page 20 - deviyunita
P. 20

Salah satu bukti campur tangan politik Belanda adalah dalam urusan
                    —~pi¦im Kša¦~w Y~gÂamaš¦a ¦ešjadi me¦ima Havewgm«b«À~w~ IV Àafa¦ —ada

                    tahun 1822. Beberapa tindakan Belanda yang dianggap melecehkan harga
                    diri dan nilai-nilai budaya masyarakat menjadi penyebab lain kebencian
                    rakyat kepada Belanda. Sebagai contoh, saat membangun jalan baru

                    pada bulan Mei 1825, Belanda memasang patok-patok pada tanah nenek
                    moyang Diponegoro.
                       Tešjadi  —ešžepižihaw  žaa¦  —ewgim«¦  Di—~weg~š~  Pa¦ih  Daw«šeja  IV

                    mencabuti patok-patok tersebut. Belanda mengutus prajurit untuk
                    menangkap Pangeran Diponegoro dan perang tidak dapat dihindarkan.
                    Pada tanggal 20 Juli 1825, Tegalrejo, yang menjadi wilayah Diponegoro,
                    dišeb«¦ daw dibamaš Bepawda. Uw¦«m vewghada—i —ešpaÀawaw Di—~weg~š~,

                    Belanda menerapkan siasat Benteng Stelsel sehingga mampu memecah
                    belah jumlah pasukan musuh. Belanda pun menangkap Kyai Maja dan
                    Pangeran Mangkubumi. Belanda kemudian juga meyakinkan Panglima
                    Sentot Prawiryodirjo untuk membuat perjanjian perdamaian. Pada Maret

                    1830, Diponegoro bersedia mengadakan perundingan dengan Belanda
                    di Magelang, Jawa Tengah. Perundingan tersebut ternyata siasat untuk
                    menangkap Diponegoro. Akhirnya, Diponegoro diasingkan ke Manado,
                    kemudian ke Makassar hingga wafat tahun 1855. Setelah berakhirnya
                    Pešawg JaÀa (Di—~weg~š~), ¦idam ada pagi —ešpaÀawaw Âawg bežaš di JaÀa.





                          Membaca Teks



                                    Kajian Ilmuwan Jinakkan Diponegoro

                       Benteng Stelsel melemahkan pasukan Diponegoro. Namun, dia baru
                       dapat ditaklukkan dengan strategi budaya. Gerah melihat ulah Belanda

                       dan gaya hidup ala Barat di Kesultanan Yogyakarta, Diponegoro
                       menyingkir. Selain menggalang kekuatan, dia mempersiapkan
                       kebutuhan logistik. Salah satunya dengan memborong persediaan

                       beras di pasar-pasar di daerah Kedu dan Yogyakarta.


                                                       TEMA 03: NASIONALISME DAN JATI DIRI BANGSA  159
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25