Page 410 - Dietetik-Penyakit-Tidak-Menular_SC
P. 410

2.    Etiologi Hiperemesis Gravidarum
                     Etiologi hiperemesis gravidarum merupakan multifaktoral. Namun penyebab utamanya

               terkait dengan peningkatan kadar hormon yang berkaitan dengan kehamilan seperti hCG,
               estrogen, dan progesteron. Faktor risiko lain yang dapat meningkatkan terjadinya Hiperemesis
               Gravidarum  meliputi  hipertiroid,  riwayat  kehamilan  mola  (Mola  hidatidosa),  diabetes,
               penyakit gastrointestinal, diet ketat, asma dan penyakit alergi lainnya. Pada beberapa studi

               melaporkan kondisi pada ibu hamil dengan kehamilan pertama, adanya riwayat intoleransi
               terhadap  kontrasepsi  oral,  ibu  hamil  yang  mengandung  janin  perempuan,  dan  kehamilan
               multipel  lebih  rentan  mengalami  hiperemesis  gravidarum  (Khairani,  Y,  2017).  Selain
               multifaktoral yang sudah dijelaskan di atas, Loh, KY,et al (2015) menambahkan juga peran

               faktor lainnya seperti adanya migrain pada ibu, dan adanya riwayat keluarga yang mengalami
               hiperemesis.

               3.    Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum
                     Perubahan  hormonal  dalam  kehamilan  diduga  sebagai  penyebab  hiperemesis
               gravidarum.  Wanita  dengan  kehamilan  molar  dan  kehamilan  trisomi  dikaitkan  dengan

               peningkatan  kadar  human  chorionic  gonadatropin  (hCG).  Kadar  hormon  hCG  meningkat
               sekitar  8  minggu  usia  kehamilan  diikuti  dengan  meningkatnya  gejala  mual  dan  muntah.
               Namun, kadar hormon hCG tidak berkorelasi baik dengan tingkat keparahan hiperemesis (Loh,
               KY, et al, 2015).

                     Sebenarnya  peningkatan  kadar  hormon  hCG  tidak  secara  langsung  menyebabkan
               hiperemesis gravidarum pada ibu hamil. Namun, secara tidak langsung hormon hCG dapat
               menstimulasi  reseptor  hormon  TSH  (thyroid  stimulating  hormone)  dan  mengakibatkan
               terjadinya  hipertiroid  transien  (gestational  transient  thyrotoxicosis)  pada  awal  masa

               kehamilan. Kondisi hipertiroid transien ini akan menjadi normal kembali ketika usia kehamilan
               ibu  sudah  mencapai  pertengahan  trimester  kedua,meskipun  tanpa  pemberian  terapi
               antitiroid seperti pengobatan hipertiroid pada umumnya. Selain hormone hCG, hormon yang
               diduga  berperan  juga  dalam  terjadinya  hiperemesis  gravidarum  adalah  estrogen.  Namun

               dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan hal ini (Khairani, Y, 2017).
                     Adanya  perubahan  aktivitas  ritmik  gastrik  (disritmia  gastrik),  turut  berkontribusi
               terhadap terjadinya mual dan muntah pada Hiperemesis Gravidarum. Perubahan aktivitas
               ritmik gastrik tersebut diduga terjadi lebih ektsrem sehingga saluran gastrointestinal ibu hamil

               menjadi lebih sensitif. Timbulnya mual dan muntah yang menetap pada trimester kedua dapat
               terjadi juga karena adanya ulkus peptikum yang disebabkan oleh infeksi bakteri Helicobacter
               pylori. Selain itu, munculnya stres psikologis yang dialami ibu pada masa kehamilan dapat
               menyebabkan terjadinya mual dan muntah, bahkan dapat memperberat kondisi hiperemesis

               gravidarum (Khairani, Y, 2017).



                  Dietetik Penyakit tidak Menular                                                         401
   405   406   407   408   409   410   411   412   413   414   415