Page 77 - C:\Users\ASUS-PC\Downloads\BUKU ETNOSAINS\
P. 77
Pelangi sering dianggap sebagai simbol harapan, keajaiban, dan
keindahan alam. Pelangi sering terlihat setelah hujan turun, ketika matahari
mulai muncul kembali dan sinar matahari bertemu dengan tetesan air yang
masih tergantung di udara. Makna pelangi bisa berbeda bagi setiap individu dan
budaya. Bagi beberapa orang, pelangi adalah simbol kedamaian dan keindahan
alam semesta. Bagi yang lain, pelangi dianggap sebagai simbol harapan dan
kekuatan di tengah kesulitan.
Di berbagai budaya, pelangi juga memiliki makna spiritual yang
mendalam, dianggap sebagai jembatan antara bumi dan surga. Pelangi dapat
dianggap sebagai pengingat akan keajaiban alam dan betapa indahnya alam
semesta yang diciptakan. Saat melihat pelangi, kita diingatkan akan kebesaran
Tuhan dan keajaiban ciptaan-Nya
Contoh ini menunjukkan bagaimana konsep dualisme Cahaya dimana
Cahaya dapat berupa gelombang dapat dimodifikasi untuk memasukkan cara
masyarakat tradisional memahami dan menjelaskan fenomena cahaya. Dalam
hal ini, pelangi bukan hanya fenomena fisika tetapi juga jembatan spiritual yang
memperkuat hubungan antara dunia manusia dan dunia gaib. Dengan
demikian, pengetahuan ini menjadi bagian dari etnosains yang menghormati
dan memelihara tradisi budaya sambil mengakui fenomena alam.
Selanjutnya, cahaya juga dapat bertindak sebagai partikel. Sebagai
contoh, di masa lalu, masyarakat Bugis-Makassar di Sulawesi Selatan hidup
dalam kekacauan dan tanpa pemimpin yang kuat. Pada suatu hari, mereka
melihat cahaya terang yang turun dari langit. Cahaya tersebut sangat
menyilaukan dan tampak seperti bola api yang melayang-layang di udara.
Ketika cahaya itu mendekat, mereka melihat sosok seorang pria gagah keluar
dari bola cahaya tersebut. Pria ini adalah To Manurung.
To Manurung datang dengan membawa pesan kedamaian dan tata cara
hidup yang baru bagi masyarakat. Dengan kebijaksanaan dan kekuatannya, ia
berhasil menyatukan suku-suku yang bertikai dan menjadi pemimpin yang
dihormati. Cahaya yang menyelubungi To Manurung digambarkan sebagai