Page 32 - Kecerdasan Emosional Menuju Keluarga Sakinah
P. 32

Kecerdasan Emosional Menuju Keluarga Sakinah


              salah satu Sunnatullah yang umum berlaku pada semua makhluk
              Tuhan,  baik  pada  manusia,  hewan  maupun  tumbuh-tumbuhan
              sebagai kelangsungan kehidupan makhluk di muka burni ini. 3
                     Kehidupan  membujang  secara  permanen  atas  kehendak
              sendiri,  bukanlah  secara  Islami.  Beberapa  orang  sahabat  Nabi
              Muhammad meninggalkan perkawinan, karena semangat mereka
              untuk beribadah secara tulus tanpa putus-putusnya. Ketika hal itu
              disampaikan kepada Nabi, beliau mencela mereka.
                     Dengan  demikian  Islam  memandang  perkawinan
              sebagai  salah  satu  rangkaian  beribadah  kepada  Allah  SWT.
              dan sebagai lembaga bentukan keluarga serta institusi dasar
              pengembangbiakan  manusia  yang  berdasarkan  titah  Allah
              dan Sunnah Rasul-Nya.
                     Dalam hadit lain Rasulullah SAW bersabda:
                     “Dari  Anas  bin  Mu’äwiyah  ia  mengatakan  bahwa
                     Rasulullah  SAW  mengatakan  kepada  kami:  “Wahai
                     para  pemuda!  Siapa  yang  telah  mampu  membiayai
                     kehidupan rumah tangga, hendaklah ia kawin, karena
                     perkawinan  itu  dapat  memelihara  pandangan  dan
                     menjaga kebormatan. Dan siapa yang belum sanggup,
                     hendaklah  ia  berpuasa  karena  puasa  dapat  meredam
                     gejolak birahi” (HR. Muslim). 4
                     Di  samping  karena  kemampuan  pemuda,  maka  dasar
              memilih istripun dianjurkan supaya memilih wanita dengan empat
              kriteria  yaitu  karena  hartanya,  kebangsawanannya,  keturunannya
              dan karena agamanya, namun Rasulullah SAW, menganjurkan agar
              memilih  wanita  yang  beragama,  sebagaimana hadits beliau  yang
              berbunyi:

              ____________
                     3  Sayyid Sãbiq, Fiqh Sunnah, terj. Moh Thalib, Jild. VI, (Bandung:
              Al-Ma’arif, 1997), hal. 9.
                     4  Imam  Muslim, Sahih  Muslim,  Juz  I  (Beirut  Dãr  al-Kutub  al-
              ’llmiyyah, t.t), hal. 583.

                                                                        31
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37