Page 10 - Buku Ajar Sejarah Lokal Indragiri Hulu
P. 10
Jepang membuka sekolah pelayaran untuk di didik menjadi pelaut. Kesempatan
3
ini beliau gunakan sebaik-baiknya.
Dalam mengikuti Sekolah pelayaran di Sumenep (Madura) beliau rela
meningalkan sekolah Pertukangan di Surabaya yang sudah beliau jalani 2
tahun, selain itu beliau juga mendaftar tanpa sepengatuan keluarganya, namun
beliau baru mengabarkan keluarga nya setelah beliau di terima di Sekolah
pelayaran tersebut dengan alasan ingin hidup mandiri.
“saya mendaftar disekolah baru ini dan berhenti dari sekolah Teknik
Pertukangan Surabaya padahal di sekolah tersebut saya sudah
menjalaninya selama dua tahun. Disekolah yang baru tersebut saya
diterima. Setelah saya beada di Sumenep (Madura) baru saya mengirim
surat kepada keluarga di Cepu, bahwa saya masuk Sekolah Pelayaran
Jepang di Madura. Dengan alasan ingin mandiri, maka saya tinggalkan
keluarga dan mulai menjalani hari-hari kehidupan di Sumenep pada
tahun 1943.
Kehidupan di Sumenep selama masa pendidikan beliau rasakan sangat
berbeda dari sekolah-sekolah yang pernah beliau masuki. Setiap paginya beliau
harus lari pagi. Lari pagi dimulai dari Sumenep dan terus ke kali Anget. Dikali
Anget terdapat sebuah kolam renang yang dibuat oleh Jepang untuk latihan
para siswa Sekolah Pelayaran. Didikan yang beliau terima sangatlah keras,
bahkan ada yang meninggal karena tidak kuat dalam pendidikan. Setelah
sembilan bulan sekolah di Sumenep, akhirnya beliau lulus dan masuk the big
ten (sepuluh besar) terbaik. Bagi yang lulus 10 besar terbaik akan dikirim ke
Sekolah Tinggi Pelayaran di Tegal, Jawa Tengah tepatnya pada tahun 1944.
Dan beliau juga seangkatan dengan Laksamana Yos Sudarso dan Bapak
Sudomo di SPT Cilacap.
3
Marwoto saiman, dkk. Op.cit hlm. 8
5