Page 24 - Buku Ajar Sejarah Lokal Indragiri Hulu
P. 24

diri  melalu  goron-gorong  jalan  ke  arah  sekolah  namun  akhirnya  tertangkap

            Belanda. Sedangkan letnan Thamsur Rahman memilih untuk menyelamatkan
            diri dengan berenang menghiliri sungai Indragiri.

                    Sekitar  pukul  12.00  saya  berlindung  di  salah  satu  rumah  penduduk.

            Saya selalu siap menghadapi segala kemungkinan dengan pistol ditangan untuk
            berjaga-jaga, jika suatu saat tentara KNIL masuk kerumah penduduk tersebut.

            Suara tembakan masih gencar, raungan pesawat musuh masih membahana di
            udara. Dijalan masih terdengar derap sepatu berlarian disetai teriakan-teriakan.

            Belum lagi ancaman supaya rakyat maupun tentara Soekarno segera menyerah.
            Baru  sore  harinya  tembakan  mereda.  Namun  saya  belum  bisa  keluar  rumah

            tempat berlindung karena musuh masih berkeliaran. Setelah hari gelap barulah

            saya keluar rumah.   Rumah  yang pertama kali  yang saya tuju adalah rumah
            Mayor Dr. Soemito. Pembantunya Tasmid dalam keadaan ketakutan dan tidak

            berani  keluar  rumah.  Bersama Tasmid  kami  berhati-hati  bergerak  menuju  ke
            rumah pengungsian yang terletak dikampung Sekip, Sepanjang perjalanan saya

            dan Tasmid berjalan dengan sangat hati-hati karena gelap dan banjir. Banyak
            pelampung yang ditinggalkan oleh pasukan payung Belanda yang berserakan

            dikanan dan kiri jalan dari kejauhan terdengar sesekali tembakan Belanda, dan

            saya  menduga  pasukan  musuh  masih  mengadakan  pembersihan  dan
            pengamanan  kota.  Tasmid  pergi  menuju  rumah  Dr.  Soemito  sedangkan  saya

                                                             12
            menuju rumah pengungsian kelurga Marah Halim.
                    Aksi  teror  belanda  yang  menduduki  kota  rengat  tidak  hanya  sampai
            disana,  pada  pagi  hari  tanggal  6  januari  1949  seluruh  warga  laki-laki  rengat

            yang masih selamat dimita untuk berkumpul di pasar dan membawa cangkul,
            dan  beruntung  pada  saat  itu  H.  Himron  Saheman  lebih  memilih  untuk

            meninggalkan  desa  pondok  dan  berjalan  menuju  ke  hutan  untuk  mencari


            12
               Marwoto Saiman, dkk, hlm 54


                                                  19
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29