Page 27 - Buku Ajar Sejarah Lokal Indragiri Hulu
P. 27
haru, yaitu istri dari Komandan kapten Marah Halim berpesan kepada mereka
untuk mendampingi suami nya selama perang gerilya. Sambil menangis
istrinya menyerahkan sekaleng susu “cap nona” untuk bekal kami selama
perjalanan. Setelah pamit dan mencium tangan beliau kami pun segera
berangkat.
Untuk menghindari pos belanda H. Himron Saheman bersama abdul
razak menelusuri jalan setapak bergerak ke daerah Cinaku. Pengawalan
belanda yang ada dikelokkan sungai dijaga dengan senapan mesin 12,7 mm
dan lampu sorot, mereka menghindarinya dengan menyebrang melewati sungai
dengan menggunakan batang pisang. Dan tidak lupa sesekali mereka
menyelam dan mendorong batang pisang ke seberang sungai agar terhindar
dari lampu sorot. Dengan berdoa tiada henti agar selamat sampai ke seberang.
Setelah sampai diseberang ternyata sudah menunggu teman-teman
seperjuangan lainya yang bermunculan dari semak-semak yang ada
disepanjang sungai tersebut. Pertemuan yang tidak diduga ini menimbulkan
rasa haru dihati kami, karena berada dalam keadaan selamat, yang berarti
17
masih bisa melanjutkan perjuangan melawan Belanda.
Komandan batalyon Kapten Marah Halim Harahap segera mengadakan
konsolidasi dan menginvetarisir personel beserta seluruh senjata dalam
mengatur siasat untuk mengadakan serangan ke pos Belanda. Sesuai dengan
hasil penyelidikan, ternyata belanda telah menduduki kota rengat dan pasukan
belanda terus bergerak menuju ke Air Molek, Peranap dan Baserah yang tidak
begitu jauh. Untuk menahan gerakan musuh, atas pimpinan Komandan
Batalyon III, Kapten Marah Halim dan Pasukan TNI menyusun rencana untuk
menyerang ke pos pertahanan musuh di Peranap. Penyerangan digunakan
dengan Taktik Gerilya. Taktik Perang Gerilya dilaksanakan ketika musuh
17
Marwoto Saiman, dkk. hlm 55
22