Page 32 - Buku Ajar Sejarah Lokal Indragiri Hulu
P. 32
sangat takut untuk keluar rumah apalagi mengolah lahan persawahan. Lahan
perswahan yang menjadi tempat pendaratan pasukan penerjun payung belanda,
membuat tanaman-tanaman yang ada di persawahan menjadi rusak dan tidak
bisa di manfaatkan. Pasar-pasar yang menjadi serangan peluru dan bom dari
pesawat Belanda, membuat semuanya hancur lebur dan tidak bisa digunakan
lagi, akibatnya masyarakat rengat yang masih hidup berusaha mencukupi
kebutuhannya dengan memakan ubi, sagu, dan memanfaatkan padi yang
berhasil mereka simpan dalam lumbung padinya untuk mencukupi kebutuhan
mereka.
C. Peranan H. Himron Saheman Setelah tahun 1949
H. himron Saheman merupakan sosok yang sangat disiplin, bijaksana dan
ulet. Rasa cinta kepada tanah air indonesia tidak hanya beliau buktikan melalui
pejuangan dalam melawan Belanda dan Penjajah. Beberapa Jabatan dan
Organisasi yang beliau tekuni saat dan setelah beliau berstatus TNI. Berikut ini
adalah Jabatan dan Organisasi yang beliau emban setelah tahun 1949. Setelah
menyelesaikan pendidikan infantri di Bandung tahun 1960, H. Himron
saheman ditugaskan di Akademi Militer Nasional (AMN) Magelang sebagai
instruktur yang disebut sebagai Guru Militer (GUMIL). Akademi Militer
Nasional ini memiliki tiga tingkatan yakni: Tingkat Prajurit tahun pertama,
Tingkat Remaja tahun kedua dan Tingkat Dewasa di tahun ke tiga.
Selama menjadi Gumil di Magelang beberapa jabatan beliau pernah
duduki yaitu: menjadi Kepala Sub Departement Teknik Militer Utama pada
tahun 1964, wakil komandan Batalyon Taruna dengan pangkat Kapten pada
tahun 1965. Di taruna AMN Magelang ini H. Himron Saheman mengabdi
23
selama 11 tahun, dimulai dari tahun 1960 sampai dengan 1971 .
23
Wawancara dengan bapak bambang (anak kedua H. Himron Saheman) pada 28 Agustus
2024
27