Page 93 - KOTA DEKAT LAUT BY LIL_S
P. 93
“Assalammualaikum Esok. Apa kabarnya ?” ketikku.
Selang beberapa jam kemudian. Esok membalasnya, katanya
kabarnya sangat baik. Pembicaraan perihal basa-basi itu pun dimulai
kembali. Kami, saling berbagi dukungan satu sama lain lagi.
Seperti sudah menjadi kebiasaan Esok. Setelah cukup
memberikan kabar, ia menghilang lagi. Bagai, embusan angin. Yang
tetiba melesat tajam hingga terasa melalui kulit-kulit, terkadang
hilang. Tak lagi dirasakan embusannya.
Aku pun memutuskan untuk, berhenti saja. Mengharapkan
semua kabar tentangnya. Kepergiannya, yang selalu datang secara
tiba-tiba itu, membuat hatiku sedikit muak padanya.
“Ya sudah, biarkan saja deh,” ujarku.
Kepergiannya seperti sudah menjadi teman dekatnya. Seperti
itulah memang dirinya. Menghilang, tanpa ada kabar. Pergi, tanpa ada
ucapan berpamitan.
Maka, di hari-hari berikutnya. Aku mencoba untuk tetap
bertahan. Di tengah kerasnya kehidupan. Di tengah, hidup dengan
tinggal bersama lelaki lain yang sebelumnya tak pernah kita cintai
sama sekali. Aku belajar serta berusaha untuk tetap tegar. Demi
menjalani hidupku dengan sebaik mungkin. Demi, memberikan
kehidupan yang layak, serta kehangatan bagi anak- anakku. Aku
upayakan semuanya, bahkan segalanya.
“Iya, aku harus tetap semangat untuk hidupku sendiri, dan
anak-anakku,” kataku di dalam hati.
87