Page 130 - My FlipBook
P. 130

Bagian Ketiga



                      Dalam  rangka  operasionalisasi  nilai-nilai  normatif  Islam  dalam

                 kehidupan,  setidak-tidaknya  dapat  dilakukan  beberapa  model  pendekatan.
                 Model  pendekatan  ini  antara  lain  berupa:  (1)  pengembangan  pendekatan

                 ijtima’i dan (2) merentang garis-istilahi antara terma qauliyah dengan terma

                 kauniyah.


                      Pendekatan  ijtima’i  yang  dimaksud  ialah  upaya  menafsirkan
                 (mengoperasionalkan)  istilah  qur’ani  dari  yang  selama  ini  hanya  bersifat

                 individual  menjadi  yang  bersifat  jamak  atau  sosial.  Istilah  jamak  di  sini

                 mengandung makna community (kelompok manusia dalam satuan geografis
                 tertentu)  maupun  makna  society  (kelompok  manusia  dengan  ciri/profesi

                 tertentu).


                      Sedangkan  yang  dimaksud  dengan  merentang  garis-istilahi  antara
                 terma qauliyah dengan terma kauniyah, ialah mencoba mencari titik temu

                 (merentang  benang  merah)  antara  istilah  atau  terminologi  qur’ani  dengan

                 istilah  atau  terminologi  ilmu  pengetahuan.  Atau  dengan  ungkapan  lain,
                 menjabarkan terminologi qur’ani dengan bahasa ilmu pengetahuan. Apabila

                 hal ini dapat dilakukan, maka terbuka kesempatan lebih luas dan lebih mudah
                 untuk mencoba menjabarkan konsep normatif tersebut dalam konsep teknis

                 yang  operasional.  Hal  ini  dimungkinkan  karena  olah-konseptual  memang

                 merupakan  bagian  dari  tradisi  keilmuan,  baik  ilmu  pengetahuan  eksakta
                 maupun sosial.


                      Sebagai contoh misalnya penafsiran istilah fakir atau miskin. Selama

                 ini, kedua istilah qur’ani ini lebih sering ditafsirkan secara individual, yaitu si
                 Fulan  yang  papa,  yang  tidak  punya  apa-apa,  sementara  penafsiran  secara

                 sosial  (jamak),  yang  kemudian  dikaitkan  dengan  istilah  sosiologis,  akan
                 mempunyai gambaran yang lain. Miskin dan fakir secara sosial dapat berarti





            118
   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135