Page 134 - My FlipBook
P. 134
Bagian Ketiga
Maka Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat
kedzaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia,
sesungguhnya (bencana) kedzalimanmu akan menimpa dirimu sendiri;
(hasil kedzalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi,
kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan. (Yunus 23)
Islam mengajarkan prinsip keadilan distributif (distributive justice), di
mana sekelompok masyarakat tidak diperkenankan menjadi terlalu kaya,
sementara kelompok lainnya menderita kemiskinan yang bertentangan
dengan harkat kemanusiaan (QS. al-Hasyr: 7).
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-
Nya yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah,
untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya
beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang
diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya. (al-Hasyr 7)
Nilai keadilan yang terkandung dalam firman Allah ini merupakan suatu
kebijakan ekonomi dalam ajaran Islam. Dalam nilai ini juga terkandung
makna keadilan produktif (productive justice), oleh karena dalam sistem
masyarakat yang makin berkembang hubungan produksi dan distribusi
demikian pentingnya dalam menentukan corak ekonomi masyarakat. Dengan
demikian, menjadi tanggung jawab manusia dan umat tauhid untuk selalu
bekerja keras dan mencari upaya-upaya pemecahan untuk melaksanakan
prinsip keadilan distributif tersebut.
Namun kita tidak boleh lupa bahwa keadilan sosial bukanlah tujuan
akhir. Keadilan sosial itu sendiri, temasuk di dalamnya keadilan ekonomi,
adalah jembatan untuk menuju suatu tujuan yang jauh lebih tinggi, yaitu
122