Page 247 - My FlipBook
P. 247

Isu-Isu Keummatan, Kebangsaan, dan Kemanusiaan Universal


                   2)  Sosial politik

                      a.  Berkurangnya wibawa Ulama dan delegitimasi lembaga formal
                      b.  Penistaan Islam

                      c.  Kemunkaran yang merajalela

                      d.  Kemiskinan dan ketidak-adilan
                      e.  Ketimpangan politik global

                      f.  Distorsimedia massa dan media sosial


               E.  Takfir dalam Perspektif Syari’ah

                   1)  Beberapa Masalah Pokok dalam Takfîr
                      a.  Sunnah merupakan penjelas bagi hukum-hukum yang tertera dalam

                          Al-Qur’an  dengan  segala  cakupan  dan  batasan-batasannya,  tak
                          terkecuali perkara keimanan dan kekafiran seseorang, kemusyrikan

                          dan ketauhidan dan seterusnya. Memahami segala pesan dan ajaran

                          Al-Qur’an tidak dapat dilakukan dengan mengabaikan sunnah dan
                          hadits Nabi.

                      b.  Iman merupakan sebuah “pokok” (ashl) yang memiliki berbagai
                          “cabang” (syu’bah), di mana setiap cabang tersebut dikategorikan

                          sebagai “iman”. Yang tertinggi ialah “kalimat syahadat” dan yang
                          terendah, menyingkirkan duri dari jalan. Di antara cabang-cabang

                          tersebut, ada yang jika ia tiada, maka hilanglah keimanan dari diri

                          seseorang secara totalitas. Contohnya, cabang “syahadat”. Namun
                          ada pula yang sebaliknya, tiadanya satu cabang tidak berdampak

                          pada  hilangnya  status  keimanan  totalitas  pada  diri  seorang

                          mukmin, seperti menyingkirkan duri dari jalan. Di antara tingkat
                          keimanan tertinggi dan terendah tersebut terdapat berbagai macam

                          cabang,  di  mana  setiap  cabang  memiliki  konsekwensi  hukum
                          tersendiri,  dan  tidak  dapat  digeneralisir  begitu  saja.  Mesti




                                                                                       235
   242   243   244   245   246   247   248   249   250   251   252