Page 175 - Tata Kelola Pemilu di Indonesia
P. 175

Lahirnya UU Pemilu khususnya pasal 557 ayat 1 huruf a dan huruf b dan ayat
                 2, serta pasal 571 huruf d kemudian memicu perdebatan dan kisruh dalam
                 pembentukan KIP Aceh sebab pasal tersebut dinilai bertentangan dengan
                 UUD  RI  tahun  1945  karena  telah  menciderai  pengaturan  nomenklatur,
                 jumlah  anggota,  masa  kerja,  mekanisme  rekrutmen,  serta  kewenangan
                 lembaga penyelenggara pemilu sebagaimana diatur di dalam UUPA.


                 Pasal 557 UU Pemilu berbunyi:
                 (1)  Kelembagaan Penyelenggara Pemilu di Aceh terdiri atas:
                     a.  Komisi Independen Pemilihan Provinsi Aceh dan Komisi Independen
                        Pemilihan Kabupaten/Kota merupakan satu kesatuan kelembagaan
                        yang hirarkis dengan KPU; dan
                     b.  Panitia  Pengawas  Pemilihan  Provinsi  Aceh  dan  Panitia  Pengawas
                        Pemilihan Kabupaten/Kota merupakan satu kesatuan kelembagaan
                        yang hirarkis dengan Bawaslu.
                 (2)  Kelembagaan  Penyelenggara  Pemilu  di  Aceh  sebagaimana  dimaksud
                     pada  ayat  (1)  wajib  mendasarkan  dan  menyesuaikan  pengaturannya
                     berdasarkan Undang-Undang ini.

                 Sementara Pasal 571 huruf d UU Pemilu berbunyi, “Pasal 57 dan Pasal 60
                 ayat  (1),  ayat  (2),  serta  ayat  (4)  Undang-Undang  Nomor  11  Tahun  2006
                 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
                 2006  Nomor  62,  Tambahan  lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Nomor
                 4633)”, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.


                 Sejumlah pihak kemudian melakukan Judicial Review Pasal 557 ayat 1 huruf
                 a  dan  huruf  b  dan  ayat  2;  dan  pasal  57  huruf  d  Undang-Undang  Pemilu
                 tersebut  ke  Mahkamah  Konstitusi.  Melalui  Putusan  Nomor  61/PUU-
                 XV/2017, MK memutus, “menyatakan pasal 557 ayat (2) Undang-Undang
                 No.7  Tahun  2017  tentang  Pemilihan  Umum  (Lembaran  negara  Republik
                 Indonesia  Tahun  2017  Nomor  182,  tambahan  Lembaran  negara  Republik
                 Indonesia  Nomor  6109)  bertentangan  dengan  Undang-undang  Dasar
                 Negara  Republik  Indonesia  Tahun  1945  dan  tidak  mempunyai  kekuatan
                 hukum mengikat”.


                 Dalam pertimbangan hukumnya MK menilai bahwa kekhususan KIP di Aceh
                 bukan  merupakan  bagian  atau  wujud  keistimewaan  Aceh,  melainkan
                 disebabkan oleh konteks historis karena pada mulanya KIP Aceh merupakan


                                               BAB 4 – KELEMBAGAAN PENYELENGARA PEMILU     159
   170   171   172   173   174   175   176   177   178   179   180