Page 13 - 03.03 Modul Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar
P. 13

a.  Periode Tanpa Kode Etik Jurnalistik
                        Periode  ini  terjadi  ketika  Indonesia  baru  lahir  sebagai  bangsa  yang
                        merdeka  tanggal  17  Agustus  1945.  Walaupun  baru  merdeka,  di
                        Indonesia telah lahir beberapa penerbitan pers baru. Berhubung masih

                        baru, pers pada saat itu masih bergulat dengan persoalan bagaimana
                        dapat menerbitkan atau memberikan informasi kepada masyarakat di
                        era  kemerdekaan,  maka  belum  terpikir  soal  pembuatan  kode  etik
                        jurnalistik. Akibatnya, pada periode ini pers berjalan tanpa adanya kode
                        etik jurnalistik.

                     b.  Periode Kode Etik Jurnalistik PWI Tahap 1
                        Pada  tahun  1946,  Persatuan  Wartawan  Indonesia  (PWI)  dibentuk  di
                        Solo, tapi ketika organisasi ini lahirpun belum memiliki kode etik. Saat
                        itu baru ada semacam konvensi yang dituliskan dalam satu kalimat, inti
                        kalimat  itu  adalah  PWI  mengutamakan  prinsip  kebangsaan.  Setahun
                        kemudian, pada tahun 1947, lahirlah kode etik yang pertama.

                     c.  Periode Dualisme Kode Etik Jurnalisme PWI dan Non PWI
                        Setelah  PWI  lahir,  kemudian  muncul  berbagai  organisasi  wartawan
                        lainnya. Walaupun dijadikan sebagai pedoman etik oleh organisasi lain,
                        kode  etik  Jurnalistik  PWI  hanya  berlaku  bagi  anggota  PWI  sendiri.
                        Padahal  organisasi  wartawan  lainnya  juga  memerlukan  kode  etik
                        jurnalistik.  Berdasarkan  pemikiran  itulah  Dewan  Pers  membuat  dan
                        mengeluarkan kode etik jurnalistik. Ketika itu, Dewan Pers membentuk
                        panitia yang terdiri dari tujuh orang, yaitu:
                        (1)  Mochtar Lubis;

                        (2)  Nurhadi Karta atmaja;
                        (3)  HG. Rorimpandey;
                        (4)  Soendoro;
                        (5)  Wonohito;
                        (6)  LE. Manuhua;
                        (7)  A. Aziz.
                        Setelah selesai, kode etik jurnalistik yang telah disusun ditandatangani
                        oleh ketua dan sekrataris Dewan Pers, yaitu Boediarjo dan T. Sjahril,
                        disahkan tanggal 30 September 1968.

                        Dengan demikian, ketika itu terjadi dualisme kode etik jurnalistik, yaitu:
                        (1)  Kode  etik  jurnalistik  PWI  berlaku  untuk  wartawan  yang  menjadi
                            anggota PWI;

                                                                                            6
                  Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18