Page 24 - E-MODUL PENDIDIKAN SEJARAH AGRESI MILITER BELANDA II DI LAMPUNG
P. 24
C. Tokoh-Tokoh Lampung dalam Agresi Militer Belanda di Lampung
1. ALAMSJAH RATU PRAWIRANEGARA
Letjen TNI (Purn.) Alamsyah Ratuprawiranegara lahir
di Kotabumi, Lampung 25Desember 1925, wafat di
Jakarta 8 Januari 1998. Dalam kabinet Pembangunan
III(1978-1983) Alamsyah menjabat Menteri agaram dan
dalam Kabinet PembangunanIV(1982-1988) ia
menjabat sebagai Menteri coordinator bidang
kesejahteraan rakyat. Kisah heroik Alamsyah Ratu
prawiranegara diawali menjelang tuntasnya masa
penjajahan Jepang setelah menyerah kepada Sekutu
tanggal 14 Agustus 1945 yang disusul dengan Proklamasi, pasukan Gyu-Gun Pagar alam
dibubarkan dan mereka pulang ke kampung halaman dan Alamsyah Ratuprawiranegara
pun kembali ke Lampung (Dewan Harian Daerah).
Dua tahun kemudian, pada pertempuran lima hari di Kota Palembang, yakni 1-5 Juni 1947,
Alamsyah Ratuprawiranegara memegang jabatan kepala pertahanan Komando Divisi II.
Berikutnya, beliau ditempatkan sebagai pejabat Komandan Resimen 44.
Sebelum pecah Agresi II 21 Juli 1947 Belanda sering melancarkan infiltrasi antara lain
di perairan Palembang dan Lampung. Pada waktu Agresi I Sumbagsel terdiri atas tiga
front, yakni front kanan, tengah dan kiri. Kapten Alamsyah membentuk dua pasukan
istimewa di bawah Simanjuntak dan Amin Su’ud. Saat itu Belanda melanggar
Perjanjian Renville dan melancarkan Agresi II pada 19 Desember 1948 dengan
menduduki Yogyakarta dan menawan para pemimpin Republik Indonesia. Sehingga
Jenderal Sudirman mengeluarkan perintah kilat No. 1/PB/D/48. Belanda menyerang
Lampung pada 1 Januari dari arah laut. Setelah membumihanguskan gedung-gedung
vital di Tanjung Karang dan Teluk Betung. Alamsyah Ratu prawiranegara ditarik ke
Ogan Komering usai pertempuran sengit di Gedong tataan dan Gading rejo (Dewan
Harian Daerah).
15