Page 86 - E - MODUL EKONOMI KREATIF
P. 86
kreatif. Subsektor ekonomi kreatif yang unggul di Kota Bandung meliputi industry kuliner.
industri fashion, industry IT, industry desain, pasar barang seni dan kerajinan serta seni
pertunjukan. Selain itu, di Kota Bandung juga terdapat berbagai destinasi wisata. Wisata
tersebut dapat menjadi peluang usaha, salah satunya adalah kegiatan travel incentive.
Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan kreatif karena merupakan kegiatan perjalanan
wisata yang unik dan khusus dalam rangka strategis untuk memotivasi karyawan atau
manajemen perusahaan. Destinasi wisata yang dapat mendukung kegiatan travel incentive
antara lain Sunda Festival, Public Art Project, Bandung Creative Writing Festival, Bandung
New Emergence, Freedom Jazz Festival (Konser musik jazz), Bandung Creative Community
Competiti. Trademark Bandung di Mall Paris Van Java, Karnaval Kreativitas IPTEK, Cikole
Lembang, Situ Cileunca Pengalengan, Cisangkuy Banjaran, dan Wisata Belanja Dago Saung
Angklung Udjo (SAU).
Dalam perkembangan ekonomi kreatif di Kota Bandung terdapat berbagai macam
persoalan, diantaranya seperti minimnya fasilitas, sulitnya mengurus bantuan modal ke pihak
bank, perizinan dan keringanan pajak belum sepenuhnya dimudahkan oleh pemerintah dan
masih banyaknya pelaku industry kreatif yang belum mematenkan produknya, sehingga
marak terjadi kasus pembajakan atau penduplikatan.
Upaya untuk mengatasi persoalan ekonomi kreatif di Kota Bandung terdapat sebuah
konsep penanganan yaitu integrasi komunitas untuk menciptakan iklim kreatif yang
berkembang mengikuti arus globalisasi dengan berdasar pada budaya dan kearifan lokal.
KESIMPULAN
Ada beberapa arah dalam pengembangan industri kreatif yaitu dengan
menitikberatkann pada industri berbasis: (1) lapangan usaha kreatif dan budaya (creative
cultural industry) (2) lapangan usaha kreatif (industry creative) atau (3) hak kekayaan
intelektual seperti hak cipta (copyright industry). Untuk mengembangkan industi kreatif
diperlukan sebuah kolaborasi yang padu, saling memperkuat, saling menyangga dan
bersimbiosis mutualisme antara aktor-aktor yang terlibat, yaitu kelompok cendikiawan
(intellectuals), bisnis (business) dan kelompok pemerintah (government) yang kemudian
disebut sebagai sistem Triple Helix.
86