Page 9 - Editorial Business Magazine in Dark Green Green White Modern Modular Style
P. 9

Perjalanan  berikutnya  dari  tahun

        1950-1957  ditandai  dengan  jatuh
        bangunnya          kabinet       karena
        banyaknya           partai         yang
        masingmasing tidak berkuasa secara

        mayoritas.  Partai  yang  dominan
        adalah PNI, Masyumi dan PKI. Ketika
        NU keluar dari Masyumi pada tahun
        1952     kekuatan    Masyumi      mulai

        berkurang.







        Dukungan kepada kabinet yang terbentuk setelah tahun 1950 terus diberikan oleh Masyumi ditandai
        dengan  bergabungnya  dalam  kabinet  Hatta  (1950-1951).  Pada  tahun  1951-1952  kabinet  dipegang
        oleh M. Natsir dan kemudian digantikan oleh Sukiman. Pada kabinet berikutnya kabinet dipegang
        oleh PNI di bawah pimpinan Wilopo (1952-1953) dan dilanjutkan oleh Ali Sastroamidjojo juga dari

        PNI  (1953-1955).  Setelah  pemilu  1955  Masyumi  kembali  menguasai  kabinet  dengan  menjadikan
        Boerhanudin  Harahap  (1955-1956)  sebagai  perdana  menteri.  Kabinet  Boerhanudin  Harahap  juga
        tidak  betahan  lama,  sehingga  mandat  diserahkan  kembali  dan  terpilih  kembali  Ali  Sastroamidjojo
        sebagai perdana menteri (1956-1957).


















           MOHAMMAD                    M. NATSIR                  SUKIMAN

               HATTA

















                            WILOPO            ALI SASTROAMIDJOJO               BOERHANUDIN HARAHAP


                                                                                                                   6
   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14