Page 19 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 19
PENGANTAR
ACHMAD MOCHTAR TIDAK MATI SIA-SIA
Sangkot Marzuki 1
“Di usia 72 tahun, pada tahun 1930, pelopor sains ini meninggal
dunia, yang dengan senang dapat berkata di akhir hidupnya:
Saya tidak telah hidup dengan sia-sia.” — Demikianlah bunyi
1 Prof. Dr. Sangkot Marzuki, M.Sc., Ph.D., D.Sc. lahir di Medan, Sumatra Utara,
2 Maret 1944, adalah Direktur Lembaga Eijkman pada tahun 1992-2014 dan
Presiden Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) selama dua puluh tahun
(1998-2018). Sebagai seorang peneliti, Sangkot menekuni bidang biogenesis
dan kelainan genetik manusia. Beliau menenempuh pendidikan di Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia (1968), Universitas Mahidol, Bangkok,
Thailand (M.Sc., 1971) dan Universitas Monash, Australia (Ph.D., 1976). Setelah
berkarya di Australia selama 17 tahun, atas permintaan Menristek Prof. Dre.
B.J. Habibie, Sangkot kembali ke Indonesia tahun 1992 untuk membangun
(kembali) Lembaga Eijkman. Atas kontribusinya di dunia sains, Sangkot telah
menerima berbagai penghargaan nasional dan internasional. Atas pengabdiannya
kepada Negara, dia dianugrahi Bintang Mahaputra Utama RI pada tahun 2009.
Buku terbarunya bersama sejawatnya dari Inggris, Dr. J. Kevin Baird, terbit
bulan September 2020: Eksperimen Keji Kedokteran Penjajahan Jepang, Tragedi
Lembaga Eijkman & Vaksin Maut Romusha 1944-1945 telah membongkar
kejahatan perang Jepang selama masa pendudukan yang menjadikan Prof. Dr.
Achmad Mochtar sebagai tumbalnya. Lima tahun sebelumnya, versi bahasa
Inggris buku ini sudah diterbitkan Universitas Nebraska (Amerika Serikat)
dengan judul War Crimes in Japan-Occupied Indonesia (2015).
xviii