Page 20 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 20
Pengantar: Achmad Mochtar Tidak Mati Sia-Sia
penutup riwayat hidup Christiaan Eijkman di buku yang terbit
2
merayakan peresmian Eijkman Instituut di tahun 1938 sebagai
penjelmaan Geneeskundig Laboratorium, yang 50 tahun
sebelumnya didirikan di Weltevreden (sekarang Jakarta Pusat),
tempat lahirnya ilmu vitamin dengan penemuan vitamin B1
dan defisiensinya sebagai sebagai penyebab beri-beri. Doktor
Achmad Mochtar, yang baru setahun sebelumnya bergabung,
hadir pada acara peresmian tersebut.
“Saya tidak akan mati sia-sia” itulah yang mungkin terpikir
oleh Prof. Dr. Achmad Mochtar tujuh tahun kemudian, saat
sebagai Direktur Lembaga bergengsi tersebut menanti kematian
di Ancol, dieksekusi oleh tentara pendudukan Jepang, dituduh
memimpin tindakan sabotase –mencemari vaksin tifus-cholera-
disentri dengan kuman tetanus.
Berbulan-bulan sebelumnya Prof. Mochtar telah disiksa
agar mengakui tuduhan tersebut. Siksaan yang juga dilakukan
terhadap ilmuwan Lembaga Eijkman lainnya, serta sejawat
dokter yang atas perintah penguasa Jepang telah menyuntikkan
vaksin mematikan pada romusha. Tidak satu pun pengakuan
didapat, karena memang tidak ada yang harus diakui. Tetapi
Prof. Mochtar mengetahui bahwa tanpa pengakuan siksaan akan
terus berjalan, dan hampir pasti akan berakhir dengan kematian
bagi semua. Ia mengambil satu-satunya jalan yang diketahuinya:
2 Eijkman Instituut, “Centraal Laboratorium van den Dienst der Volksgenzondheid,
1888-1938”, p1-3. Mededeelingen van den Dienst der Volksgezonndheid in
Nederlandsch-Indie 1938.
xix