Page 24 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 24
Pengantar: Achmad Mochtar Tidak Mati Sia-Sia
laboratorium kedokteran di Semarang. Daftar publikasi ilmiah
tiga serangkai ini jelas menunjukkan bahwa mereka tetap bekerja
sama dengan erat dalam kegiatan ilmiahnya.
Pendidikan dokter di zaman Hindia-Belanda ternyata
bukan saja menghasilkan dokter-dokter pemuda yang dapat
melalui Boedi Oetomo mengawali kebangkitan nasional
Indonesia, mempelopori lahirnya sumpah pemuda serta
berkontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan, tetapi juga
melahirkan pejuang ilmu seperti Raden Soesilo, Mas Sardjito
dan Achmad Mochtar. Bagaimana pendidikan dokter Hindia
Belanda tersebut dapat menghasilkan ilmuwan-ilmuwan sekelas
Mochtar adalah pertanyaan yang tetap relevan saat ini. Untuk
itu kita harus berterima kasih kepada Pemerintah Daerah
Sumatera Barat untuk initiatif penerbitan buku biografi Prof.
Dr. Achmad Mochtar. Selamat dan terima kasih kepada Hasril
Chaniago, Aswil Nazir dan Januaridi, penulis buku biografi yang
luar biasa ini. Mereka bukan saja berhasil menyusun suatu kisah
kepahlawanan yang dapat menjadi teladan dan pelajaran untuk
ke depan, tetapi juga memungkinkan kita untuk mengintip
jawaban terhadap pertanyaan penting tadi.
Peran sentral dari perpaduan antara budaya Minangkabau
tempat kelahirannya dan budaya Eropa yang didapat dari
pendidikan dokter di STOVIA dalam membentuk karakter
Achmad Mochtar, kunci dari keberhasilannya sebagai ilmuwan,
terbaca dengan jelas. Perpaduan budaya dan cara hidup
Minangkabau bahwa “anak dipangku kemenakan dibimbing”,
dan karakteristik pendidikan Eropa yang menekankan disiplin
xxiii