Page 22 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 22
Pengantar: Achmad Mochtar Tidak Mati Sia-Sia
Baik Raden Soesilo maupun Achmad Mochtar sebenarnya
telah memulai karier ilmiahnya di bidang malaria sebelum
berangkat ke Amsterdam. Sebagai anak didik Swellengrebel,
ahli malaria terkenal yang berperang melawan malaria bersama
W.A.P. Schüffner di Sumatera Timur dan Tapanuli Selatan,
Soesilo ikut berkontribusi dalam pengembangan praktik sanitasi
spesies yang sempurna untuk pengendalian malaria. Sedangkan
Mochtar adalah asisten Schüffner dalam pemberantasan malaria
di Panyabungan. Namun, Schüffner yang dalam pada itu
telah pindah ke Amsterdam dan bertindak sebagai promotor,
memberikan tugas sangat berbeda Soesilo dan Mochtar
untuk disertasi doktoral mereka; mempelajari leptospira
terkait dengan ekspresi penyakitnya. Tugas ini menunjukkan
bahwa Schüffner percaya terhadap kemampuan dua dokter
ilmuwan pribumi itu untuk bertarung di medan persaingan
yang bertaburan dengan nama-nama ilmuwan besar saat itu,
termasuk peneliti Jepang Noguchi Hideyo yang telah berkali-
kali dinominasikan mendapat Hadiah Nobel untuk penemuan
bakteri penyebab sifilis. Keduanya tidak mengecewakan, mereka
dapat menyelesaikan disertasi dalam waktu singkat dengan
cemerlang; Soesilo selesai terlebih dahulu di tahun 1925 .
4
Mochtar yang selesai dua tahun kemudian malah mematahkan
hipotesis Noguchi tentang leptospira sebagai penyebab demam
4 “Vergelijkende studie van enkele pathogene leptospiren en de leptospiren
afkomstig van de rattenbevolking van Amsterdam en omgeving” (Comparative
study of some pathogenic leptospira and the leptospira from the rat population
of Amsterdam and the surrounding area)
xxi