Page 32 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 32

Prof. Dr. Achmad Mochtar: Ilmuwan Kelas Dunia Korban Kejahatan Perang Jepang



                             Pada tahun 1938, bertepatan dengan peringatan 50

                     tahun berdirinya lembaga ini, nama Lembaga Eijkman mulai

                     digunakan sebagai bentuk penghargaan terhadap Christiaan

                     Eijkman yang meraih Hadiah Nobel di bidang kedokteran pada
                     tahun 1929 atas penelitiannya di Indonesia tentang penyakit

                     beri-beri yang disebabkan oleh kekurangan senyawa yang

                     terdapat pada kulit beras, sebuah konsep yang menjadi cikal-

                     bakal penemuan vitamin. Sejak penemuan itu, Eijkman telah
                     diakui sebagai pusat riset aneka penyakit tropis yang terkemuka

                     di dunia. Hingga sekarang reputasi Lembaga Eijkman yang

                     kini berada di bawah Kementerian  Riset dan Teknologi

                     (Ristek) RI masih diakui. Pada tahun 2015, Lembaga Eijkman

                     menerima penghargaan sebagai Pusat Unggulan Iptek oleh
                     Kemenristekdikti, setelah 22 tahun dipimpin Prof. Dr. Sangkot

                     Marzuki. Kini LBME dipimpin oleh Prof. Dr. Amin Subandrio,

                     seorang ilmuwan terkemuka yang bersahaja dan rendah hati.

                             Kita kembali ke dalam gedung tua itu. Menaiki lantai
                     dua, kita disambut ruang lobi penerima tamu pimpinan yang

                     berhadapan dengan ruang rapat direktur yang cukup luas. Pada

                     dinding ruang besar itulah terpajang berderet tiga buah foto

                     lukisan berukuran besar. Di masing-masing foto tertulis nama-

                     nama: Christiaan Eijkman; Gerrit Grijn; Achmad Mochtar.
                     Yang terakhir ini, tak lain, adalah sosok yang biografinya kita

                     kupas dalam buku ini.

                             Kenapa hanya tiga foto? Bukankah sejak 1888 lembaga

                     ini sudah dipimpin oleh banyak direktur? Prof. Dr. Sangkot

                     Marzuki –ilmuwan terkemuka Indonesia yang pernah 22 tahun


                                                            3
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37