Page 90 - Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat
P. 90

Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat  71


              kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup
              dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
              Negara Kesatuan Republik Indonesia  yang  diatur  dalam
              undang-undang; (3) badan hukum publik atau privat; atau
              (4) lembaga negara.
                  Dalam Perkara No. 35/PUU-X/2012 tentang Pengujian
              UU  Kehutanan  oleh  Aliansi Masyarakat  Adat  Nusantara

              (AMAN) bersama Masyarakat Hukum  Adat Kenegerian
              Kuntu dari Riau dan Masyarakat Hukum Adat Kasepuhan
              Cisitu dari Benten, Mahkamah Konstitusi menilai bahwa
              kedua masyarakat adat tersebut di atas (Kenegerian Kuntu
              dan  Kasepuhan  Cisitu)  memenuhi  kualifikasi  sebagai
              pemohon meskipun kedua masyarakat  adat  tersebut
              pengakuan keberadaannya  tidak melalui  peraturan

              daerah. Pengakuan terhadap masyarakat adat Kasepuhan
              Cisitu hanya melalui Keputusan Bupati Lebak Nomor
              430/kep.318/Disporabudpar/2010   tentang   Pengakuan
              Keberadaan Masyarakat Adat Cisitu Kesatuan Sesepuh Adat
              Cisitu Banten Kidul di Kabupaten Lebak; sedangkan Perda
              Kabupaten Kampar No. 12 Tahun 1999 tentang Hak Tanah
              Ulayat dimana Masyarakat Kenegerian Kuntu berada tidak
              secara khusus menentukan bahwa Masyarakat Kenegerian
              Kuntu sebagai masyarakat adat.

                  Masyarakat  adat  yang memiliki kedudukan hukum
              (legal  standing)  sebagai  pihak  yang dapat  berperkara di
              Mahkamah Konstitusi dilekati dengan persyaratan sesuai
              dengan Pasal 18B ayat (2) UUD 1945, yaitu: (1) sepanjang
   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95