Page 102 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 102
Model 3: Perkampungan dalam Hutan (Enclave)
Di kawasan hutan blok Gunung Tonjong terdapat lebih
dari 6 areal enclave milik warga. Lahan tersebut mereka miliki
secara sah atas program enclaving yang diterapkan oleh
Pemerintah Hindia Belanda. Sudah puluhan tahun lahan itu
digarap secara aman oleh pemiliknya, bahkan terdapat bebe-
rapa pemilik enclave yang memanfaatkan lahan tersebut
sebagai tempat tinggal dan telah sekian lama mendiami
rumah yang mereka bangun disana. Dilakukannya enclaving
oleh Belanda atas lahan-lahan tersebut dikarenakan pada
saatnya dahulu (belum tahu tepatnya tahun berapa) para
pemilik lahan tersebut membuka lahan hutan alam yang
sama sekali belum tergarap. Para pembuka terdiri dari Aki
Nur Jahim, Aki Madsari, Aki Sanjuhri, Aki Kar’i, Aki Iyok,
dan bapaknya Aki O’ing, berjuang dan bertahan untuk tetap
menduduki dan menganggap lahan-lahan tersebut sebagai
lahan yang mereka miliki. Setelah mengalami proses yang
panjang Aki Madsari pun memenangkan persidangan, dan
pada akhirnya Pemerintah Hindia Belanda memberikan peng-
akuan atas kepemilikan lahan-lahan dengan mengeluarkan
sertifikat (Cap Singa) dan menjadikannya lahan-lahan
tersebut sebagai kawasan enclave.
Model 4: Tanah Kas Desa
Tanah kas desa di Sindangasih disebut sebagai lahan
pangangonan, tempat dimana masyarakat menggembalakan
ternak-ternaknya. Area ini dimiliki bersama dan boleh diguna-
kan untuk kepentingan umum dan boleh digarap oleh masya-
rakat dengan sistem membagi hasilnya untuk kegiatan-kegiat-
an kemasyarakatan. Akan tetapi saat ini lahan tersebut telah
dinggap sebagai lahan kas desa yang sistem pengelolaannya
juga berada di bawah peraturan pemerintah desa. Di Desa
Sindangasih, kami tidak menemukan lagi tanah ini, pernah
88