Page 94 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 94
telah lalu, masyarakat menganggap bahwa keberadaan Hutan
Mata Air tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan
masyarakat atas air, maka solusi harus dicari. Bapak LS
menuturkan:
“Dulu mas,kalau musim kemarau, sawah yang di bawah itu
pasti sudah kering dan padinya pada mati karena nggak dapat
air. Tapi sejak tanaman pohon di kebun yang atasnya itu sudah
pada gede, lihat aja sekarang, sawahnya tetep hijau dan subur
kan, padahal ini belum ada musim hujan”
Bapak AT (anggota OTL Kajarkajar) juga menambahkan:
“Nggak lah mas, itu nggak harus ada hasilnya langsung untuk
orang yang melakukan konservasi. Yang penting kita melakukan
konservasi itu. Soal yang dapat airnya siapa, itu soal nanti. Kalau
airnya itu nggak ke sawah kita juga paling ke sawah tetangga.
Toh kami sesama tetangga juga tiap hari kumpul bareng, enak
ga enak juga bareng kok, jadi ya sama-sama mas, saling tau aja”
Kondisi Kesejahteraan Pra dan Pasca Okupasi
Dengan seperangkat upaya, pengaturan pembagian
tanah yang dikuasai dan pengaturan produksi, kondisi ke-
sejahteraan petani yang tadinya tidak memiliki tanah ternyata
telah meningkat cukup signifikan setelah mereka memiliki
tanah. Dari hasil kajian tentang tingkat kesejahteraan secara
partisipatif, didapatkan hasil sbb:
INDIKATOR Beunghar Sedeng Kokoro
Sawah 30 - 50 bata 10 – 30 bata 0 – 10 bata
Kebun 50 – 100 bata 30 – 50 bata 10 – 30 bata
Rumah Semi permanen Panggung Gubuk/saung
3 kali sehari (nasi) 2 kali sehari
makanan pokok 1 kali oyek 2 kali sehari (beli) nasi (hutang)
1 kali oyek
(punya sisa) 1 kali oyek
80