Page 93 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 93
tengah jalan dikarenakan kurangnya modal. Walaupun begitu,
ibu NN beserta rekan-rekannya masih punya keinginan keras
untuk mengupayakan agar koperasi tersebut bisa berdiri
kembali.
Norma dan aturan di lahan Reklaiming OTL
Dalam mengelola lahan garapan terdapat aturan yang
disepakati oleh masyarakat untuk menjaga ketersediaan air,
yaitu ketentuan bagi warga yang lahannya kebetulan berada
di atas areal persawahan atau warga yang lahan garapannya
terletak pada kondisi kemiringan yang dirasa tidak memung-
kinkan untuk dijadikan kebun, agar melakukan konservasi
secara pribadi dengan menanami lahan tersebut dengan jenis
tanaman jangka panjang di antara tanaman albasia sebagai
tanaman penghasil kayu, seperti tanaman buah-buahan (kelapa,
manggis, rambutan, durian, dan cengkeh) dan tanaman
penangkap air (picung dan waru). Dengan begitu kebutuhan
suplay air untuk sawah mereka menjadi selalu terpenuhi hingga
putaran produksi padinya bisa mencapai 4 kali panen/tahun.
Secara eksplisit hal tersebut memang tidak dinyatakan
sebagai peraturan wajib bagi anggota. Akan tetapi norma atas
lahan tersebut pada memang dijalankan masyarakat. Kritis-
nya kondisi tanah dan air yang mempengaruhi kesadaran
masyarakat untuk mulai berfikir tentang hal apa saja yang
harus mereka lakukan sebagai upaya meningkatkan produk-
tifitas lahan pertanian. Para petani ini tidak mengedepankan
kepentingan individu semata, namun mengedepankan aspek
ekologis sebagai kepentingan bersama.
Tuduhan bahwa pergerakan kaum petani adalah faktor
penyebab rusaknya sistem ekologis di daerah kawasan hutan,
disini terbukti bahwa tuduhan semacam itu sama sekali tidak
benar. Jelas terlihat di lapangan bahwa kawasan lahan garapan
petani jauh “lebih hutan” dibandingkan dengan hutan di
sekitarnya. Menurut bapak D, berkaca dari masa-masa yang
79