Page 92 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 92
siapa saja bisa ikut andil mengolah lahan. Akan tetapi yang
membedakan adalah porsi wewenang dan tanggungjawabnya.
Dalam proses penggarapan lahan hingga proses produksi
pertanian semua tanggungjawab sepenuhnya diserahkan pada
kaum laki-laki, dari penyiapan lahan hingga panen. Perem-
puan, kalaupun turut bekerja di lahan garapan, sifatnya hanya
membantu dan tidak punya wewenang untuk menentukan
apa dan bagaimana proses produksi itu akan dilakukan.
Dengan begitu segala hal yang menyangkut penggarapan
lahan hingga masa panen sekaligus kemungkinan resiko-resiko
yang akan terjadi sepenuhnya menjadi tanggungjawab laki-
laki, sedang perempuan lebih banyak bertanggungjawab atas
hal-hal yang menjadi pekerjaan rumah. Akan tetapi kaum
perempuan tersebut pada ujungnya juga akan bertanggung-
jawab atas proses penggarapan lahan jika para suaminya
karena sebab tertentu, harus pergi menunggalkan rumah
dalam waktu yang relatif lama.
Dari hasil wawancara dengan ibu NN, di dusun Sinagar
pernah dicoba untuk membikin koperasi atau badan usaha
OTL yang akan menampung hasil usaha tani pasca produksi,
dimana pengelolaan koperasi tersebut diserahkan pada ibu-
ibu rumah tangga. Menurut Bapak LS (Ketua OTL Kajar-
kajar) ketika tim melakukan kroscek tentang keberadaan
koperasi tersebut, beliau menjelaskan bahwa diserahkannya
tanggungjawab pengelolaan koperasi pada kaum perempuan
itu dengan alasan untuk membagi pekerjaan sesuai dengan
kapasitas masing-masing.
“Kalau ibu-ibu yang disuruh kerja di sawah kan kasihan mas,
bisa KO nanti. Dan sebaliknya, kalau bapak-bapak yang diserahi
koperasi itu, wah bisa gawat nanti, tau-tau habis aja uangnya,
nggak tau dipake apa”
Begitulah sekilas penjelasan bapak LS yang tersenyum-
senyum saat ditanya tentang koperasi yang pernah ada.
Sayangnya upaya untuk mendirikan koperasi ini kandas di
78