Page 74 - Sejarah Daerah Lampung
P. 74

55
                Palembang pemah dikepung oleh pasukan Banten, tetapi pengepungan
                int  gaga!  setelah  Sultan  Banten  yang  memimpin  sendiri  pengepungan
                mi  kemudian gugur dalam pertempuran. Tahun  1608,  Comelis  Mate-
                lief (Belanda) ketika  mengunjungi  Banten telah diminta  Sultan  Banten
                untuk membantunya  dengan dua  kapal  yang akan dipergunakan untuk
                menyerang  Palembang  yang  dikatakan  ketika  itu  mendapat  bantuan
                orang-orang Perancis.
                     Pertikaian  Palembang-Banten berikutnya hampir meletus lagi  pa-
                da  masa pemerintahan Sultan  Abdulrarakhman (l 662  - 1706)  Hal  ini
                disebabkan  beberapa  kerabat  dari  daerah  Tulangbawang  pemah  me-
                ngunjungi  putra  Sultan  Palembang yang  bemama  Raden  Aria, tetapi
                Sultan  Abdurrakhman  mencegah  putranya  ikut  terlibat  soal  Tulang-
                bawang ini  Bahkan tahun  1737 armada  Palembang dan  armada  Ban-
                ten  sudah saling berhada-hadapan di  Tulangbawang.  Perang dapat di-
                hindarkan, ketika VOC mengirirnkan  Reiner de Klrek dan berhasil me-
                redamkan ketegangan ini.
                     Mernang  dapat  kita  simpulka,  bahwa  pada  dasamya  pertikaian
                Palembang  - Banten  ini  adalah  karena  perebutan  "perkebunan  Jada
                Lampung" Hal ini  dengan  mudah dapat kita pahami. Palembang yang
                secara  geografis  dan  tradisional  sejak  lama  menguasai  perdagangan
                lada di Tulangbawang tentu saja akan bertentangan dengan kepenting-
                an  Banten yang merasa  demikian perlunya menanamkan pengaruhnya
                di  Tulangbawang  sebagaimana  di  tempat-tempat  lain  sudah  berhasil
                mereka laksanakan di Lampung.
                    Perebutan kebun  lada  Lampung ini  didorong  situasi pada waktu
                itu, di mana pada abad XVI dan XVII permintaan akan lada saja akan
                menggema  pula  di  daerah-daerah  penghasil  lada,  sehingga  misalnya
                Aceh, Palembang, dan Banten berusaha meningkatkan ekspor ladanya.
                Peristiwa  inilah  membuat  Palembang  dan  Banten  saling  berhadapan,
   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79