Page 188 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 OKTOBER 2020
P. 188

Kepala Polrestabes Bandung Komisaris Besar Ulung Sam-puma Jaya telah menangkap 10 orang
              yang diduga provokator dan perusak fasilitas umum dalam peristiwa itu. "Pengamatan kami,
              mahasiswa  sudah  membubarkan  diri  pukul  18.00.  Ini  adalah  massa  lain  yang  sengaja
              memprovokasi," katanya.

              Buruh dari beberapa perusahaan di Sidoaijo, Jawa Timur, juga turun ke jalan menolak

              RUU  Cipta  Kerja.  Mereka  berkumpul  sejak  pagi  di  kawasan  Perumahan  Puri  Surya  Jaya,
              Kecamatan Gedangan, yang dekat dengan banyak pabrik dan kawasan pergudangan. Sekitar
              pukul 11.00, massa buruh bergerak menuju Gedung DPRD Sidoaijo.

              Sementara  itu,  sekitar  3.000  buruh  yang  tergabung  dalam  Dewan  Pimpinan  Cabang  (DPC)
              Serikat  Pekerja  Nasional  (SPN)  Kabupaten  Magelang,  Jawa  Tengah,  mengirimkan  surat
              keprihatinan atas isi RUU Cipta Kerja ke DPR Wakil Ketua DPRD Kabupaten Magelang Suharno
              berjanji akan menyampaikan aspirasi itu ke DPR

              Sementara itu, di laman petisi daring Change.org, sejak 5 Oktober lalu muncul petisi berjudul
              "Maklumat Pemuka Agama Indonesia: Tolak Omnibus Law dan Buka Ruang Partisipasi Publik".
              Petisi itu diinisiasi enam tokoh, yaitu Busyro Mu-qoddas, Pdt Merry Kolimon, Ulil Abshar-Abdalla,
              Engkus  Ruswana,  Roy  Murtadho,  dan  Pdt  Penrad  Siagian.  Hingga  semalam,  petisi  itu  telah
              ditandatangani oleh lebih dari 1,2 juta netizen.
              Perlindungan

              Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengatakan, semangat yang dibangun oleh RUU Cipta
              Kerja  adalah  memperluas  penyediaan  lapangan  kerja  dan  meningkatkan  perlindungan  bagi
              buruh, khususnya perlindungan untuk buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK),
              lewat program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP).

              "Terlalu prematur kalau kita menyimpulkan RUU Cipta Kerja akan rentan terhadap PHK pekerja,"
              katanya.

              Menurut Ida, pemerintah akan segera menuntaskan penyusunan peraturan pelaksana RUU Cipta
              Kerja untuk meyakinkan buruh bahwa amanat perlindungan buruh dapat dijalankan.

              Peraturan pelaksana yang umumnya berbentuk peraturan pemerintah (PP) ini dibutuhkan karena
              sejumlah ketentuan penting dalam RUU Cipta Kerja, khususnya terkait kluster ke-tenagakerjaan,
              harus diatur secara detail untuk dapat segera diterapkan.
              Ketentuan  yang  diatur  dalam  PP  di  antaranya  tentang  syarat, batas  waktu,  dan  kompensasi
              untuk  pekerja kontrak  (perjanjian  kerja  dengan  waktu  tertentu)  dan  pekerja  alih  daya serta
              skema jaminan kehilangan pekerjaan dan patungan pesangon antara pengusaha dan negara. PP
              juga akan mengatur tata cara penghitungan upah minimum serta ketentuan waktu kerja dan
              lembur untuk buruh.

              (REK/SYA/BOW/XTI/WER/EGI/ MEL/NIK/RTG/AGE/KRN)

              Sejumlah Ketentuan di RUU Cipta Kerja

              Alasan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

              Penambahan alasan, pemutusan hubungan kerja terjadi karena:

              (Pasal 154 A)

              Perusahaan melakukan efisiensi, dalam keadaan penundaan kewajiban pembayaran utang, dan
              melakukan perbuatan yang merugikan pekerja/buruh

                                                           187
   183   184   185   186   187   188   189   190   191   192   193