Page 67 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 OKTOBER 2020
P. 67

KETIDAKPERCAYAAN

              Aksi  unjuk  rasa  kaum  buruh  yang  memprotes  pengesahan  Omnibus  Law  RUU  Cipta  Kerja,
              dikhawatirkan akan menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan DPR.
              "Sebab itu, Jokowi arus mengkaji ulang Omnibus Law RUU Cipta Kerja yang telah disepakati
              pemerintah dan DPR," terang Rektor Universitas Islam Assyafi'iyah (UIA) Prof Masduki Ahmad di
              Jakarta, Selasa (6/10).

              Masduki  juga  meminta  aksi  protes  para  buruh  jangan  dibiarkan  berlarut-larut  karena  bisa
              menimbulkan ketidakstabilan politik di dalam negeri, la menambahkan di tengah situasi yang
              masih  pandemi  sekarang  ini,  perlu  menjaga  kestabilan  politik  sehingga  tidak  menimbulkan
              kegaduhan baru di tengah masyarakat.

              Sebab Itu, menurut Masduki, mengapa para buruh protes karena memang RUU Cipta Kerja yang
              disepakati  DPR  dan  pemerintah  lebih  mengutamakan  kepentingan  para  pengusaha  daripada
              buruh. Masduki berharap Presiden Jokowi menolak RUU Cipta Kerja yang sudah disepakati DPR
              tersebut

              BERPIHAK PEMODAL

              Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas menyayangkan pengesahan UU Cipta Kerja
              yang terkesan dikebut dan sarat kepentingan.

              "Dengan disahkannya RUU Cipta kerja ini maka saya terus terang sangat-sanat kecewa. Karena
              DPR yang merupakan wakil rakyat lebih banyak mendengar, dan membela kepentingan pemilik
              kapital dari pada membela kepentingan rakyat banyak, "kata Anwar dalam keterangannya yang
              diterima Selasa pagi (GHO). Anwar yang juga ketua PP Muhammadiyah ini mempertanyakan
              anggota DPR sekarang ini. "Saya tidak tahu mengapa anggota DPR kita sekarang bisa seperti ini
              ?  Jadi  kesan  bahwa  dunia  perpolitikan  kita  sekarang  sudah  dikuasai  oleh  oligarki  politik,"
              tandasnya.
              (rfan/deny// haryono/toga/yahya/johara/ rizal/bi)






































                                                           66
   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72