Page 53 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 JUNI 2020
P. 53
WNI KORBAN PERBUDAKAN DI KAPAL CINA TERJUN KE LAUT
Batam, WNI yang terjun dari Kapal ikan Cina, Lu Qing Yuanyu 901, Reynalfi (22 Tahun) asal
Medan, Sumatera Utara dan Andri Juniansyah (30 Tahun) asal Sumbawa, NTB, Jumat (5/6) di
Kabupaten Karimun, Kepri, ternyata korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) oleh
sebuah korporasi pelayaran di Jawa Tengah. Kedua korban masuk perangkap sindikat bermodus
menjanjikan pekerjaan dengan gaji besar di luar negri.
PT. Mandiri Tunggal Bahari diduga sebagai pelaku rekrutmen Anak Buah Kapal (ABK) yang tidak
memiliki ijin, kasus ini melibatkan sebuah korporasi di Singapura. Direktur dan Komisaris
perusahaan pelayaran tersebut juga telah resmi ditahan oleh Polda Jawa Tengah pada Kasus
perekrutan dan penempatan pekerja migran indonesia illegal, dengan barang bukti sejumlah
dokument pelayaran Basic Sefty Traning (BST) palsu.
Korban Juniansyah masih ingat betul saat pertama kali diajak untuk bekerja di luar negri pada
pertengahan Tahun 2019 lalu oleh seorang rekan didaerah asalnya Sumbawa, NTT. Tak pikir
panjang, uang yang diminta untuk biaya pengurusan dokument pendukung dan akomodasi
keberangkatan pun disanggupinya.
"Awalnya saya diberi nomor telephone oleh seorang rekan yang baru pulang bekerja dari luar
negri. Setelah bernegosiasi melalui telpone, mereka meminta saya untuk datang ke Jakarta
dengan membawa segala biaya. Kemudian saya berangkat ke Ibu Kota dengan modal sekitar
Rp.45 juta, sesuai jumlah yang diminta pihak pengurus," katanya, pada Gatra.com, Selasa
(15/6) di Batam, Kepri.
Tak butuh waktu lama, Juniansyah mengaku diterbangkan oleh pengurus dari Jakarta menuju
Singapura dengan disertai dokumen pendukung lainnya. Setiba di negri singa tersebut, dia
langsung dinaikan ke atas kapal ikan berbendera Cina yang sedang bersandar di dermaga.
Diatas kapal ikan itu, kata dia, sudah ada 31 orang krew, 12 orang merupakan WNI dan 19
orang WN Tiongkok dan Myanmar.
"Esoknya kapal berlayar ke laut lepas untuk menangkap ikan dan cumi-cumi. Disitu saya sadar
telah tertipu penyalur tenaga kerja ke luar negri, lantaran berdasarkan perjanjian dari pengurus
awal di Jakarta, saya akan dipekerjakan di Taiwan sebagai buruh pabrik dengan upah sekitar
Rp.25 juta per bulan," akunya.
Dua WNI tersebut nekat terjun ke laut akibat tidak tahan mendapat perlakuan kasar semasa
bekerja diatas kapal ikan itu.
Tak hanya mendapat penganiayaan, korban yang bernama Reynalfi juga mengaku tak diberi
gaji selama bekerja di Kapal Ikan bernama Lu Qing Yuanyu.
Selama bekerja tujuh bulan, gaji seperti yang dijanjikan tak pernah dirasakan. Perlakuan yang
diterima diatas kapal juga sangat diskriminasi. Komunikasi sesama WNI dianggap melanggar
aturan diatas kapal.
Raynalfi mengaku, berani terjun ke laut dari atas kapal yang sedang berlayar, lantaran tahu
posisi kapal sedang berada di perairan Indonesia setelah melihat peta. Setelah terjun ke laut,
tujuh jam terombang-ambing dilaut lepas dan akhirnya kedua korban diselamatkan oleh kapal
nelayan Kabupaten Karimun dan dibawa ke Polsek Meral, Polres Karimun, Kepri, Jumat (5/6).
"Saya sudah tidak tahan lagi berada di atas kapal itu, bermodalkan life jaket kami berdua
terpaksa terjun ke laut karena mengetahui sedang berada di Perairan Indonesia dan berharap
diselamatkan. 10 orang WNI lagi diatas kapal tak berani mengikuti aksi nekat kami. Diatas kapal
juga ada sekitar 31 orang krew, 12 Orang WNI dan 19 WNA asal Tiongkok dan Taiwan," katanya.
52