Page 210 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 DESEMBER 2021
P. 210

BURUH TOLAK UMP DAN UMK DI SUMUT, MINTA PRESIDEN PECAT MENTERI
              KETENAGAKERJAAN
              Bisnis.com, MEDAN - Serikat buruh kembali menggelar demonstrasi  menolak Upah Minimum
              Provinsi (UMP) 2022 yang telah diteken Gubernur Sumatra Utara Edy Rahmayadi.

              Di samping itu, mereka juga meminta perbaikan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) yang
              beberapa di antaranya juga sudah diserahkan kepada Edy.

              Demonstrasi berlangsung di depan Kantor Gubernur Sumatra Utara, Medan, Senin (6/11/2021).
              Mereka tergabung dalam Gerakan Buruh Maksimal.

              Massa mengingatkan bahwa Mahkamah Konstitusi telah menetapkan Undang-undang Nomor 11
              Tahun 2020 tentang Cipta Kerja terbukti inkonstitusional bersyarat. Padahal, undang-undang ini
              induk dari Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan.
              Oleh karena itu, buruh menanggap peraturan tersebut tidak relevan dijadikan dasar penetapan
              UMP maupun UMK. Mereka ingin upah kembali ditetapkan berdasar Peraturan Pemerintah Nomor
              78 Tahun 2015.

              Seperti diketahui, UMP Sumatra Utara 2022 ditetapkan senilai Rp2.522.609. Angka ini meningkat
              Rp23.186 atau 0,93 persen dari UMP 2021 senilai Rp2.499 423. Penetapan UMP tertuang dalam
              Surat Keputusan Nomor 188.44/746/KPTS/2021.

              Sedangkan untuk Kota Medan, UMK 2022 yang ditetapkan senilai Rp3.370.645, meningkat Rp
              40.778 atau 1,22 persen dibanding UMK 2021.

              "Jika  undang-undangnya  cacat  hukum,  maka  peraturan-peraturan  turunnya  yang  mengatur
              secara teknis tentang Undang-undang Cipta Kerja juga cacat hukum. Oleh sebab itu Gubernur
              Sumatra Utara mestinya bijaksana dalam menentukan upah buruh tahun 2022," teriak orator
              aksi, Lorent Aritonang.

              Pada  Peraturan  Pemerintah  Nomor  36  Tahun  2021,  upah  sektoral  kabupaten  dan  kota
              dihapuskan. Menurut Lorent, kebijakan ini sangat merugikan kalangan buruh.

              Lorent mengatakan, peran buruh begitu sentral dalam roda perekonomian. Namun status dan
              posisi terus terpinggirkan.
              "Artinya, posisi buruh sangat menentukan dalam kehidupan kita. Tetapi kenapa kaum buruh
              tidak dihargai?" kata Lorent.

              Dalam pernyataan aksinya, buruh menyampaikan enam poin tuntutan. Selain merevisi UMP dan
              UMK  2022  di  Sumatra  Utara,  buruh  juga  meminta  Presiden  Joko  Widodo  memecat  Menteri
              Ketenagakerjaan Ida Fauziah.

              "Meminta presiden untuk memecat Ida Fauziah selaku Menteri Ketenagakerjaan," tuntut buruh.

              Selang beberapa saat berorasi, buruh menyampaikan pernyataan sikap sekaligus tuntutan ke
              Pemprov Sumatra Utara. Aksi ini disambut Kepala Dinas Tenaga Kerja Baharuddin Siagian.

              Hingga Kamis (2/12/2021), tercatat 22 kabupaten dan kota sudah mengirim usulan UMK kepada
              Pemprov Sumatra Utara.

              Nantinya, usulan akan dibahas Dewan Pengupahan Provinsi sebelum diserahkan ke Gubernur
              Sumatra Utara Edy Rahmayadi.



                                                           209
   205   206   207   208   209   210   211   212   213   214   215