Page 47 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 2 NOVEMBER 2021
P. 47

BISNIS MASIH KEMBANG-KEMPIS, PENGUSAHA MINTA USULAN KENAIKAN UMP
              2022 TIDAK BERLEBIHAN
              Ketua  Umum  DPD  Himpunan  Pengusaha  Pribumi  Indonesia  (HIPPI)  DKI  Jakarta  Sarman
              Simanjorang  meminta  usulan  kenaikan  Upah  Minimum  Provinsi  (UMP)  tahun  2022  tidak
              berlebihan.

              "Dalam kondisi ketidakpastian ini sangat tidak elok jika teman-teman serikat buruh meminta
              kenaikan UMP secara berlebihan," ujarnya dalam siaran pers, Minggu (31/10/2021).

              "Pengusaha  saat  ini  sedang  memutar  otak  bagaimana  agar  tetap  mampu  bertahan  sampai
              ekonomi kita dapat normal kembali dan teman-teman harus mengerti akan tekanan berat yang
              dihadapi dunia usaha saat ini," sambung dia.

              Menurut  dia,  permintaan  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Indonesia  (KSPI)  terkait  kenaikan  UMP
              2022 sebesar 7 hingga 10 persen harusnya atas dasar situasi dan kondisi ekonomi yang baru
              mulai pulih.

              "Ekonomi  kita  baru  mulai  merangkat  ketika  pemerintah  menurunkan  PPKM  ke  level  2  yang
              memungkinkan Pemerintah memperluas kelonggaran di mana berbagai sektor usaha yang sudah
              hampir 1,5 tahun tutup dapat buka kembali," kata dia.

              Sarman mengatakan tidak ada yang bisa menjamin ekonomi akan pulih dan semakin membaik
              ke depan. Namun, semuanya akan kembali pada sejauh mana upaya seluruh masyarakat untuk
              sama-sama dapat mengendalikan penyebaran Covid-19.

              Dewan Pengupahan Provinsi dan Kabupaten/Kota akan melakukan sidang untuk menetapkan
              besaran kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) atau Upah Minimum Kabupaten (UMK) tahun
              2022 yang akan diajukan kepada gubernur atau bupati untuk ditetapkan.
              Adapun formula baru penetapan UMP diatur dalam PP No.36 Tahun 2021 tentang Pengupahan
              yang merupakan pengganti dari PP No.78 tahun 2015. Sarman menilai format baru yang diatur
              dalam PP No.36 tahun 2021 dinilai lebih akurat dan moderat.

              "Format baru lebih akurat dan moderat karena memakai pendekatan beberapa variabel seperti
              jumlah rata-rata per kapita rumah tangga, rata-rata jumlah anggota rumah tangga yang sudah
              bekerja dan jumlah rata-rata anggota rumah tangga," ucap Sarman Sarman mengungkapkan,
              pertumbuhan ekonomi dan inflasi masing-masing daerah akan dilihat mana yang lebih tinggi
              serta adanya batas atas dan atas bawah sebagai dasar untuk menetapkan UMP 2022.

























                                                           46
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52