Page 49 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 2 NOVEMBER 2021
P. 49
UPAH MINIMUM DIUSULKAN NAIK TAHUN DEPAN, SIMAK TANGGAPAN
PENGUSAHA
Sejumlah perwakilan pelaku usaha menyoroti permintaan kenaikan upah minimum sebesar 7%-
10% di tahun 2022 mendatang oleh Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI).
Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto menilai, usulan kenaikan
upah minimum 7%-10% jelas sangat memberatkan industri keramik. Asaki pun berharap
pemerintah dapat memutuskan hasil yang terbaik dan adil untuk kedua belah pihak, baik pelaku
industri maupun pekerja.
Asaki sendiri tak menampik adanya rencana kenaikan upah minimum bagi pekerja pada tahun
2022 nanti. "Namun, yang harus dicermati dengan bijak adalah besaran kenaikan gaji tersebut
agar tidak membebani kinerja industri keramik yang baru mencoba bangkit usai penerapan PPKM
Darurat di Juni lalu," ujar Edy, Senin (1/11).
Menurut Edy, saat ini kondisi perekonomian Indonesia masih rawan tertekan akibat pandemi
Covid-19. Industri keramik juga masih dibayangi sentimen negatif seperti penerapan pajak
karbon yang dapat menaikkan pos pengeluaran hingga ancaman gempuran produk keramik
impor. Alhasil, rencana kenaikan upah minimum di tahun depan harus mengutamakan win win
solution.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) Redma
Gita Wirawasta mengatakan, usulan KSPI yang meminta upah minimum naik 7% sampai 10%
jelas sangat memberatkan. Sebab, selama periode PSBB maupun PPKM, modal kerja para
anggota APSyFI sudah tergerus banyak.
Ditambah lagi, beban pengeluaran bakal bertambah seiring diberlakukannya pajak karbon di
tahun depan. Industri tekstil juga tertekan akibat kenaikan harga batubara dan minyak mentah
global. "Sebetulnya, dengan kondisi saat ini kenaikan di atas 5% saja sudah memberatkan,"
ungkap Redma, Senin (1/11).
Dia mengaku, sebenarnya kondisi bisnis tekstil sudah mulai membaik di tengah tren penurunan
kasus Covid-19 di Indonesia. Terbukti, utilitas pabrik sudah berada di atas level 80% yang
didorong oleh kondisi pasar yang membaik serta ditinggalkannya produk tekstil impor murah
asal China.
Namun, perbaikan industri tekstil saat ini dianggap lebih banyak dipengaruhi oleh faktor dari luar
seperti krisis energi di China, bukan karena kebijakan pemerintah yang menyasar langsung
sektor tersebut. "Kalau pemerintah bisa mengeluarkan kebijakan yang semi permanen untuk
menjamin pasar domestik aman untuk produk lokal, kami optimis di tahun 2022 akan terjadi
pemulihan," jelas Redma.
Setali tiga uang, Ketua Asosiasi Bisnis Alih Daya Indonesia (ABADI) Mira Sonia menganggap,
usulan kenaikan upah minimum tidak sesuai dengan SE Menaker No. M/11/HK.04/2020 tentang
Penetapan Upah Minimum Tahun 2021 pada Masa Pandemi Covid-19.
Memang, dalam industri alih daya ( ), perusahaan alih daya biasanya akan mengambil
keuntungan melalui. Ketika upah minimum naik, maka yang diperoleh perusahaan juga ikut naik.
Namun, kembali lagi, pandemi Covid-19 membuat bisnis tertekan.
"Kenaikan upah minimum akan mempersulit dunia usaha dan menyebabkan gelombang PHK
besar-besaran di tengah kondisi krisis. Ini adalah potensi dampak negatif kepada para pekerja,
terutama tenaga alih daya," ungkap Mira, Senin (1/11).
48