Page 21 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 DESEMBER 2021
P. 21

Apakah Anies takut dengan ancaman itu? Ternyata tidak bisa ditekan. Dia tetap meneken revisi
              kenaikan upah buruh. Bahkan Anies sudah meneken kenaikan upah buruh 16 Desember lalu.
              Aturan itu tertuang dalam Keputusan Gubernur (Kepgub) Nomor 1517 Tahun 2021 tentang UMP
              2022. Dengan keluarnya aturan ini, maka Kepgub Nomor 1395 tahun 2021 tentang UMP 2022
              yang sebelumnya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

              “Menetapkan Upah Minimum Provinsi Tahun 2022 di Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta
              sebesar Rp 4.641.854 per bulan,” tulis Anies dalam Kepgub yang dikutip, kemarin.

              Ketentuan besaran upah tersebut berlaku mulai 1 Januari 2022. Sasar terhadap pekerja atau
              buruh yang memiliki masa kerja kurang dari satu tahun.

              “Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari UMP,” lanjut keputusan keempat dalam
              Kepgub.
              Apabila ada pengusaha yang telah memberikan upah lebih tinggi dari angka yang ditetapkan,
              maka Anies melarang untuk mengurangi ataupun menurunkan. Pun, bila ada perusahaan yang
              melanggar ketentuan dalam diktum ketiga, keempat dan kelima, maka akan dikenakan sanksi
              dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

              Di sisi lain, ketentuan besaran upah buruh DKI 2022 ini disebutnya sesuai dengan pedoman
              pelaksanaan upah buruh selama pandemi Covid-19. Ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas
              Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Energi Provinsi DKI Jakarta.
              Ketua  Himpunan  Pengusaha  Pribumi  Indonesia  (HIPPI)  DKI  Jakarta,  Sarman  Simanjorang
              menuntut Kemenaker merespons kebijakan Anies yang resmi menaikkan upah DKI pada tahun
              depan. “Kami berharap pemerintah pusat, dalam hal ini Kemnaker segera meluruskan, dan beri
              jalan tengahnya seperti apa,” harap Sarman, kemarin.
              Menurut Sarman, ada beberapa alasan mengapa Menaker Ida Fauziyah harus segera merespons
              kepgub Anies terkait upah buruh DKI. Pertama, Anies nekat menetapkan besaran upah buruh
              DKI 2022 tidak sesuai dengan pedoman pemerintah yang tertuang di PP No 36/2021 tentang
              Pengupahan.

              Sementara jika merujuk pada PP 36/2021, kenaikan UMP DKI 2022 seharusnya cuma 0,85 persen
              atau Rp 37.749. “Jadi, kalau ada kepala daerah yang menaikkan di luar peraturan pemerintah
              apa tindakan Pemerintah Pusat?” tanyanya.
              Dia  bilang  keputusan  Anies  bikin  buyar  kepastian  yang  dibutuhkan  dunia  usaha.  Padahal,
              kepastian dianggap penting bagi pengusaha dan investor dalam memarkir bisnis di Tanah Air.

              “Pemerintah seharusnya satu suara, Pusat ke Daerah. Jangan sampai aturan Pusat dan Daerah
              berbeda-beda, nanti tidak ada kepastian,” imbuh dia, bingung.

              Kekecewaan  pengusaha  ditanggapi  sinis  Asosiasi  Serikat  Pekerja  (Aspek)  Indonesia.  Kata
              Presiden Aspek, Mirah Sumirat, masih untung naiknya cuma 5 persen. Padahal tuntutannya 7-
              10 persen.

              “Pemerintah seharusnya satu suara, Pusat ke Daerah. Jangan sampai aturan Pusat dan Daerah
              berbeda-beda, nanti tidak ada kepastian,” imbuh dia, bingung.
              Kekecewaan  pengusaha  ditanggapi  sinis  Asosiasi  Serikat  Pekerja  (Aspek)  Indonesia.  Kata
              Presiden Aspek, Mirah Sumirat, masih untung naiknya cuma 5 persen. Padahal tuntutannya 7-
              10 persen.


                                                           20
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26