Page 97 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 07 OKTOBER 2019
P. 97
"Jadi khususnya di Majalaya itu industrinya sudah tua dan bahkan di tahun 2019
ternyata masih ada yang pakai alat tenun yang dipakai oleh pabrik garmen di sana
yang bukan mesin," katanya.
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jabar telah melakukan berbagai
upaya agar keberadaan pabrik tekstil yang ada saat ini tidak gulung tikar seperti
kebijakan pengupahan.
"Kebijakan pengupahan sedang kita upayakan dengan menggalang seluruh
stakeholder di bidang garmen, yakni perusahaan ada perkumpulan baru yaitu
Perkumpulan Perusahaan Tekstil Jabar yang anggotanya sudah 340 pabrik garmen
sudah masuk ke perkumpulan ini," kata dia.
Saat ini, lanjut Hema, pihaknya juga mendorong agar serikat pekerja perusahaan
garmen memiliki keanggotaan yang cukup agar membuat Rembug Jabar untuk
menyelamatkan industri tekstil dan garmen.
Dia menjelaskan Rembung Jabar untuk menyelematkan industri tekstil dan garmen
tersebut bentuknya LKS Tripartit Sektoral.
"Kemudian Pak Kadisnakertrans Jabar juga sudah melakukan upaya untuk
membangun hubungan langsung dengan buyer yang selama ini tidak pernah
tersentuh. Dan ini adalah hubungan pertama antara buyer dengan pemerintah
tingkat provinsi di Indonesia, ya dari Jawa Barat," katanya.
Untuk mengawali hubungan langsung dengan buyer, katanya, pihaknya akan
kedatangan 160 buyer internasional dari Amerika dari Eropa dan akan berkumpul
akhir Oktober di Jakarta.
"Gubernur akan memberikan presentasi mengenai kebijakan ketenagakerjaan Jawa
Barat pada buyer dan Pak kadis sudah melakukan lobi kepada buyer untuk tidak
mudah mencabut atau memindahkan order karena bagaimanapun juga antara kita
dengan provinsi lain, kita masih punya apa komparatif advantage, yaitu tenaga kerja
yang skillful di bidang garmen kita tuh banyak," katanya.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul 188 Pabrik Garmen Gulung
Tikar dan 68 Ribu Buruh Di-PHK di Jabar, Gara-gara Impor Tekstil Cina.
Page 96 of 112.