Page 107 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 FEBRUARI 2020
P. 107

Pada titik inilah persoalan krusialnya.

               Jika dalam skema IUPK hasil ekstensi diwajibkan menjadi wilayah pencadangan
               negara (WPN), serta izin harus melintasi proses lelang via BUMN sebelum
               diperebutkan swasta. Maka, pada rejim PBKP justru ekstensi tak memerlukan lelang
               atau ditawarkan ke BUMN.

               Kelonggaran penguasaan pemodal atas SDA tak selesai di situ. Pembatasan luas
               area operasi produksi (25 hektare) yang diatur oleh IUPK, tetapi dalam PBKP sama
               sekali tak dibatasi.

               Keanehan itu sudah pasti menyulut kecurigaan.Jangan sampai RUU Omnibus Law
               menyediakan kerangka intitusional bagi kelas pemodal (khususnya sektor ekstraktif)
               untuk melanggengkan kepentingan ekonomi politik oligarkis.

               Jika demikian, tentunya payung hukum sapu jagat ini sama sekali tak menjawab
               tuntutan keadilan, tetapi sebaliknya melukai keadilan.

               Karenanya, tantangan bagi pemangku kebijakan adalah mengartikulasi kepentingan
               dari pelbagai kelompok, tanpa harus menegasi kepentingan kelompok rentan.

               Menilik wacana yang merekah kuat di lapisan civil society, sejauh ini RUU Omnibus
               Law merupakan siasat "busuk" pemerintah-pemodal untuk mempecundangi
               kepentingan kelompok rentan.

               Ini nampak terefleksi pada (rencana) pengaturan upah kerja per jam, upah
               minimum, pesangon, dan keringanan Tenaga Kerja Asing (TKA). Bila kepentingan
               pekerja dikesampingkan, pasti akan berpotensi melahirkan persoalan baru.

               Amanah Konstitusi pengusaan negara terhadap SDA, serta melindungi tumpah
               darah bangsa Indonesia, harus diperhatikan oleh pemerintah. Jangan sampai ambisi
               akan investasi, malah menabrak Konstitusi. Tujuan mulia Omnibus Law jangan
               menjadi legitimasi inkonsistensi rejim untuk menjalankan mandat Konstitusi yang
               dapat berimplikasi pada lemahnya posisi tawar (bargaining power) negara di
               hadapan pasar (market).

               RUU Omnibus Law juga berpotensi memperparah disparitas hukum.Hal itulah yang
               lantang disuarakan pegiat masyarakat sipil.

               Sudah sepantasnya bagi pemerintah agar jeli mendiagnosis permasalahan supaya
               tak terjadi kesalahan fatal yang membuat untung kelas penguasa.

               Over-privalage yang diterima pemilik pemodal, seperti kelonggaran syarat
               lingkungan hidup, mempermudah izin usaha, dan penghapusan sanksi pidana bagi
               korporasi pelanggar hak.Mesti diimbangi dengan pemberian privalage bagi kelas
               subordinat.




                                                      Page 106 of 130.
   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112