Page 151 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 JULI 2020
P. 151

Sementara itu Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN), Ristadi mengungkapkan
              ada 2 alasan mengapa 6 Serikat Perkerja dan Buruh bertahan duduk di tim teknis pembahasan
              kluster ketenagakerjaan RUU Cipta Kerja.

              Menurutnya sikap tersebut sebagai bentuk konsistensi dan perjuangan.

              Ia menegaskan satu sebab awal SP/SB menolak omnibus law  RUU Cipta Kerja  adalah tidak
              dilibatkanya serikat pekerja maupun serikat buruh dalam pembahasan draf RUU tersebut.

              Sehingga diberbagai kesempatan SP/ SB selalu menuntut soal pelibatan atau partisipasi.

              Tuntutan  tersebut  disampaikan  kepada  Presiden  Jokowi,  selanjut  di  tindaklanjuti  dalam
              pertemuan di Menkopolhukam dengan melibatkan lebih banyak serikat pekerja/serikat buruh.

              Ristadi kembali menyampaikan salah satu kesepakatan pertemuan tersebut adalah dibentuknya
              tim pembahas dengan melibatkan presiden/ketua umum SP/SB.

              Akhirnya pemerintah merespon aspirasi tersebut dan melalui Menko Ekonomi dikeluarkan surat
              instruksi kepada Menaker untuk menindaklanjutinya.

              "Tim ini, inisiasinya atas dorongan apirasi serikat pekerja dan buruh yang di akomodir oleh
              pemerintah.  Kalau  kami  mundur  justru  kami  malah  tidak  kelihatan  konsisten.  Publik  akan
              bertanya.  Maka  dengan  segala  resiko  akan  memanfaatkan  forum  itu  untuk  menyampaikan
              aspirasi yang telah kami serap dari anggota," ujarnya.

              Presiden KSPN itu juga membantah jika ia dan 6 konfederasi SP/ SB lainnya yang masuk dalam
              tim merupakan kesetujuan terhadap omnibus law.

              Sebaliknya,  ia  mengungkapkan  bahwa tim  teknis  dimanfaatkan  sebagai  media  formal  untuk
              menyampaikan  argumentasi-argumentasi  keberatan  dan  penolakan  kami  terhadap  pasal  di
              klaster ketenagakerjaan.

              "Dua alasan utama itulah yang membuat kami memutuskan untuk tetap berjuang di dalam tim
              teknis dengan segala konsekuensinya," lanjut  Ristadi  .

              Sebagaimana diketahui bahwa telah terbentuk tim teknis pembahas cluster ketenagakerjaan
              RUU  cipta  kerja  yang  terdiri  dari  unsur  pemerintah,  unsur  apindo  dan  unsur  serikat
              pekerja/serikat buruh.

              Jumlah komposisi tim tersebut mendasar kepada keanggotaan Tripartit Nasional, masing2 unsur
              15 orang.

              Dari  unsur  Serikat  Pekerja/Serikat  Buruh  terdiri  dari  KSPSI  AGN,  KSPSI  Yoris,  KSPI,  KSBSI,
              KSARBaUMUSI, KSPN, FSP Perkebunan, dan FSP Kahutindo.

              Dalam perjalananya kemudian KSPSI AGN, KSPI dan FSP Kahutindo menyatakan mundur.

              Namun  kemudian  FSP  Kahutindo  mengklarifikasi  bahwa  FSP  Kahutindo  menyatakan  tidak
              mundur dan masih terlibat dalam tim pembahasan.

              Dengan demikian dari 8 SP/SB yang awalnya tergabung dalam tim, sekarang tinggal 6 Serikat
              Pekerja/Serikat Buruh yang masih ikut berjuang didalam Tim tersebut, yaitu KSPSI Yoris, KSBSI,
              KSarbumusi, KSPN, FSP Perkebunan dan FSP Kahutindo.

              Ristadi  mengungkapkan  sejarah  mencatat,  sikap  gerakan  serikat  pekerja/serikat  buruh  sulit
              untuk satu suara.


                                                           150
   146   147   148   149   150   151   152   153   154   155   156