Page 156 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 JULI 2020
P. 156

pajak dihapus, sedangkan rakyat dibiarkan menderita di tengah kerusakan lingkungan. Bantuan
              sosial dikorupsi birokrasi, rumitnya birokrasi membuat penanganan wabah semakin lama, UKM
              dibiarkan  hancur  tanpa bantuan,  maka  masyarakat  kecil dan  menengah  adalah  yang  paling
              menderita saat ini.

              Sementara bagi para oligark. Karena mereka berkuasa di pemerintahan, pada saat krisis datang,
              yang  didahulukan  untuk  diselamatkan  hanya  kalangan  mereka.  Dalam  hitungan  hari  saja
              (bandingkan dengan dana bansos yang berbulan-bulan), dana talangan ratusan triliun langsung
              turun dari Bank Indonesia dan Kemenkeu untuk menyiram pasar keuangan.

              Digunakan untuk membeli kembali (buy back) saham-saham mereka yang rontok dan digunakan
              untuk menyangga nilai kurs Rupiah.

              Padahal upaya penyelamatan ekonomi seperti buy back saham dan pembelian surat utang ini
              tidak akan berguna, karena pasar saham dan nilai Rupiah pasti akan jatuh lagi dalam beberapa
              waktu ke depan selama vaksin belum ditemukan. Jadinya nanti ratusan triliun rupiah yang telah
              dikucurkan menjadi sia-sia karena hanya memperkaya para spekulan pasar saham dan valas,
              tapi perekonomian yang riil tetap jatuh.

              Padahal  dapat  dibayangkan  dampaknya  bagi  masyarakat  bila  uang  ratusan  triliun  tersebut
              dialirkan langsung ke masyarakat.Daya beli masyarakat akan bertahan, barang-barang dan jasa
              hasil  industri  dapat  kembali  dikonsumsi.  Sehingga  akhirnya  roda  ekonomi  dapat  kembali
              berputar dan membaik.

              Kebijakan  yang  timpang  dan  salah  arah  ini,  mendahulukan  penyelamatan  yang  kaya  dan
              mengabaikan  mayoritas  masyarakat,  akan  semakin  memperburuk  perekonomian  dan  juga
              semakin menyulut amarah publik. Bila tidak ada tindakan yang drastis dari pemerintah dan DPR,
              dikhawatirkan  kemarahan  ini  akan  semakin  berakumulasi,  meluas,  dan  akhirnya  tidak
              terbendung lagi. Bukan tidak mungkin perubahan politik yang lebih mendasar dapat menjadi
              ujung dari semuanya.

              Maka, sebelum semuanya terlambat, tidak ada jalan lain bagi pemerintah selain dengan segera
              membatalkan  pengesahan  Omnibus  Law  dan  kembali  fokus  pada  pemulihan  ekonomi
              masyarakat kecil dan menengah.

              Kami  mengusulkan  harus  ada  bantuan  sosial  berbentuk  dana  talangan  yang  dapat
              mempertahankan daya beli masyarakat.

              Jumlahnya  sekitar  Rp  600-800  ribu/bulan  dan  langsung  sampai  di  setiap  masyarakat
              membutuhkan. Apakah itu pengangguran, anak jalanan, pengemis, buruh harian, buruh tani,
              hingga pedagang keliling, semua harus mendapatkan dana talangan tersebut. Untuk itu dapat
              meminta  bantuan  BUMN-BUMN  Perbankan  seperti  BRI  dan  BNI.  Setiap  masyarakat  yang
              membutuhkan  dana  bantuan  sosial  tersebut,  harus  membuat  rekening  di  bank-bank  BUMN
              tersebut.

              Dengan  menyalurkan  dana  bantuan  sosial  melalui  saluran  perbankan  (transfer)  akan
              meminimalisir korupsi oleh birokrasi, sekaligus juga memperbesar Bank BUMN tersebut karena
              penambahan nasabah.

              Keuntungan lainnya adalah pemerintah menjadi memiliki data yang spesifik dari para penerima
              bantuan  sosial,  sehingga  ke  depannya  kebijakan  penanganan  sosial  akan  lebih  terarah  dan
              efektif.  Jadi  di  tengah  krisis,  kita  tetap  dapat  memanfaatkan  situasi  untuk  menggairahkan
              perekonomian kembali menuju situasi yang lebih adil..



                                                           155
   151   152   153   154   155   156   157   158   159   160   161