Page 172 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 JULI 2020
P. 172
"Kalau ada klaim dari bahwa seluruh serikat pekerja dan buruh mundur, itu tidak benar. Dari 8,
masih ada 6 yang masih bertahan masuk dalam tim teknis. Yang 2 memang menyatakan
mengundurkan diri," ujarnya.
Ristadi mengungkapkan ada 2 alasan mengapa 6 SP/SB bertahan untuk tim teknis pembahasan
kluster ketenagakerjaan RUU, yaitu soal konsistensi dan perjuangan. Salah satu sebab awal
SP/SB menolak omnibus law RUU Cipta Kerja adalah ketidakdilibatkanya serikat pekerja
maupun serikat buruh dalam pembahasan substansi draftnya, sehingga diberbagai kesempatan
SP/ SB selalu menuntut soal pelibatan/ partisipasi.
Tuntutan tersebut disampaikan kepada Presiden Jokowi, selanjut di tindaklanjuti dalam
pertemuan di menkopolhukam dengan melibatkan lebih banyak serikat pekerja/serikat buruh.
Ristadi menyampaikan salah satu kesepakatan pertemuan tersebut adalah dibentuknya tim
pembahas dengan melibatkan presiden/ketua umum SP/SB. Pada akhirnya pemerintah
merespon aspirasi-aspirasi tersebut dan melalui Menko Ekonomi dikeluarkan surat instruksi
kepada Menaker untuk menindaklanjutinya.
"Tim ini, inisiasinya atas dorongan apirasi serikat pekerja dan buruh yang di akomodir oleh
pemerintah. Kalau kami mundur justru kami malah tidak kelihatan konsisten. Publik akan
bertanya. Maka dengan segala resiko akan memanfaatkan forum itu untuk menyampaikan
aspirasi yang telah kami serap dari anggota," ujarnya.
Presiden KSPN itu juga membantah jika ia dan 6 konfederasi SP/ SB lainnya yang masuk dalam
tim dan dengan adanya tim tersebut merupakan kesetujuan terhadap omnibus law. Sebaliknya,
ia mengungkapkan bahwa tim teknis dimanfaatkan sebagai media formal untuk menyampaikan
argumentasi-argumentasi keberatan dan penolakan kami terhadap cluster ketenagakerjaan.
"Dua alasan utama itulah yang membuat kami memutuskan untuk tetap berjuang di dalam tim
teknis dengan segala konsekuensinya," lanjut Ristadi..
171

