Page 307 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 23 DESEMBER 2021
P. 307

Langkah  Anies  menaikkan  UMP  ini  merupakan  revisi  dari  keputusan  sebelumnya.  Pada
              pertengahan November lalu Anies sempat menaikkan UMP sekitar 0,85 persen atau sekira Rp
              38.000 sebelum kemudian meralatnya.

              Anies mengatakan, keputusan menaikkan UMP DKI Jakarta menjunjung asas keadilan bagi pihak
              pekerja, perusahaan dan pemprov DKI Jakarta.

              "Dengan  kenaikan  Rp  225  ribu  per  bulan,  maka  saudara-saudara  kita,  para  pekerja  dapat
              menggunakannya  sebagai  tambahan  untuk  keperluan  sehari-hari.  Yang  lebih  penting  adalah
              melalui kenaikan UMP yang layak ini, kami berharap daya beli masyarakat atau pekerja tidak
              turun," kata Anies melalui keterangan tertulis, Sabtu (18/12/2021).

              Langkah Anies menaikkan UMP itu menuai kritik sejumlah pihak. Kementerian Ketenagakerjaan
              (Kemnaker) misalnya, menyayangkan keputusan Anies itu.

              Kepala Biro Humas Kemenaker Chairul Harahap mengatakan, penetapan UMP yang dilakukan
              Anies tidak sesuai dengan regulasi yang ada, yakni Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 Tahun
              2021 tentang Pengupahan.

              Adapun PP itu merupakan aturan pelaksana UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

              Chairul menyebut, Kemnaker bersama kepala daerah harusnya tunduk dan taat melaksanakan
              UU dan aturan pelaksananya.

              "Pelaksanaan yang ditetapkan tidak sesuai perundang-undangan berarti bertentangan dengan
              UU atau tidak sesuai dengan regulasi yang diatur," kata Chairul.

              Penolakan atas keputusan Anies juga disampaikan oleh Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo).
              Apindo  bahkan  mengimbau  seluruh  perusahaan  di  DKI  Jakarta  tidak  mengikuti  UMP  yang
              ditetapkan Anies.

              Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani menilai, kenaikan upah itu melanggar PP Nomor 36
              tahun  2021,  sehingga  pihaknya  bakal  menggugat  Anies  ke  Pengadilan  Tata  Usaha  Negara
              (PTUN).

              Terkait hal ini, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengatakan, akan ada sanksi
              bagi kepala daerah yang tidak menetapkan upah minimum sesuai dengan keputusan pemerintah
              pusat.

              Sanksi ini diatur oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) mengacu pada peraturan perundang-
              undangan.

              "Saya  kira  ini  mengacu  pada  ketentuan  Undang-undang  Nomor  23  Tahun  2014,  yang
              disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri adalah ketentuan yang ada di Undang-undang Nomor
              23 Tahun 2014," jelasnya melalui konferensi pers virtual, Selasa (16/11/2021).

              Ida menjelaskan, penetapan upah minimum merupakan bagian dari proyek strategis nasional.
              Sementara,  dalam  UU  disebutkan  bahwa  salah  satu  kewajiban  kepala  daerah  yakni
              melaksanakan program tersebut.

              Oleh karenanya, kepala daerah yang tak menetapkan UMP sesuai keputusan pemerintah bisa
              dianggap tidak melaksanakan proyek strategis nasional.

              Pasal 68 Ayat (1) UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah menyebutkan, kepala
              daerah  dan/atau  wakil  kepala  daerah  yang  tidak  melaksanakan  program  strategis  nasional
              dikenai sanksi administratif berupa teguran tertulis oleh Menteri untuk gubernur dan/atau wakil

                                                           306
   302   303   304   305   306   307   308   309   310   311   312