Page 70 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 DESEMBER 2021
P. 70

ASA KESEJAHTERAAN BURUH DAN JURANG KEMISKINAN

              Buruh masih menanti pemerintah kabupaten dan kota di Jawa Barat menetapkan upah minimum
              tahun  depan  yang  menyejahterakan  mereka.  Meski  didera  panas  dan  hujan,  mereka  tetap
              berunjuk rasa demi memperjuangkan upah minimum agar hidup buruh lebih sejahtera dan jauh
              dari jurang kemiskinan.

              "Tidak!!!," Yuyun (24) lantang berteriak di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Jabar, Selasa
              (30/11/2021).  Bersama  ribuan  orang  lain,  dia  berunjuk  rasa  dan  enggan  angkat  kaki  meski
              diguyur hujan lebat. Yuyun tetap menjawab penuh semangat pertanyaan orator kepada peserta
              aksi.

              Salah satu pertanyaannya adalah apakah setuju jika penetapan upah minimum kabupaten/kota
              (UMK) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan? Regulasi
              turunan UU Cipta Kerja itu dianggap menutup peluang buruh hidup sejahtera.

              Demi memperjuangkan upahnya tahun depan, buruh asal Kabupaten Cianjur itu rela memacu
              sepeda  motornya  ke  Bandung.  Jaraknya  sekitar  65  kilometer  ditempuh  dalam  dua  jam
              perjalanan. Berpanas-panasan di jalan, dia dan banyak buruh lain tiba saat Bandung tengah
              diguyur  hujan  lebat.  "Lebih  baik  begini  daripada  menderita  selama  setahun  karena  gagal
              memperjuangkan upah naik," ujarnya.
              Beban makin berat

              Dua tahun bekerja di pabrik garmen, Yuyun bertahan dengan upah Rp 2,8 juta per bulan. Selama
              pandemi Covid-19 melanda 1,5 tahun terakhir, beban hidupnya bukan semakin ringan. Biaya
              membeli masker dan hand sanitizer, misalnya, sekitar Rp 150.000 per bulan. Ada lagi biaya kuota
              internet untuk belajar daring anaknya Rp 50.000 per bulan.

              "Belum lagi banyak kebutuhan pokok yang naik. Ujung-ujungnya buruh akan berutang dan hidup
              semakin sengsara," ucapnya.

              Beban itu berpotensi semakin berat karena gajinya terancam tidak naik tahun depan. Kalaupun
              naik, nilainya tidak signifikan. Ibu dua anak itu berkaca pada penetapan upah minimum provinsi
              (UMP) tahun 2022 Jabar yang naik 1,72 persen. Naik Rp 31.000 dari Rp 1,81 juta per bulan
              menjadi Rp 1,84 juta per bulan.

              UMP menjadi batas bawah dalam menetapkan UMK. Namun, sejumlah daerah terancam tidak
              menaikkan  UMK  2022.  Keputusan  ini  ditetapkan  Gubernur  Jabar  Ridwan  Kamil  sebelum
              Mahkamah Konstitusi menyatakan UU Cipta Kerja cacat formil.

              Dengan pakaian basah kuyup karena hujan, Wawan (35), buruh asal Rancaekek, Kabupaten
              Bandung, memilih bertahan di Gedung Sate hingga malam. Pulang ke rumah tanpa kepastian
              kenaikan upah hanya membuatnya gelisah.

              Gaji Wawan sebagai buruh pabrik tekstil di Kabupaten Bandung Rp 3,4 juta per bulan. Sudah
              empat tahun ia bekerja di perusahaan itu. Penghasilan itu digunakan untuk beragam keperluan,
              seperti cicilan rumah Rp 1,2 juta per bulan dan angsuran sepeda motor Rp 800.000 per bulan.
              Sisanya Rp 1,4 juta digunakan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bersama istri dan tiga
              anaknya.

              Ketua  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Seluruh  Indonesia  (KSPSI)  Jabar  Roy  Jinto  Ferianto
              mengatakan, tidak  ada alasan  UMK  2022 tidak naik.  "Ekonomi  Indonesia  (triwulan  11-2021)
              tumbuh 7,07 persen. Jabar juga tumbuh 6,13 persen. Jadi aneh kalau kenaikan upah buruh
              sangat rendah, bahkan ada yang tidak naik," ujarnya.

                                                           69
   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75