Page 88 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 08 JULI 2020
P. 88
bebasnya Eti adalah bukti dari kerja keras dan kerja kolaboratif antara pemerintah dan Ormas
Islam Nahdlatul Ulama (NU). "Beliau pulang dari hasil semangat gotong-royong," tandasnya.
Kisah Eti menurut Benny cukup menyakitkan dan menyedihkan, dimana Eti hanya bekerja 1,5
tahun tapi hidup di penjara selama 18 tahun. Untuk itulah kata Benny, bebasnya Eti adalah bukti
hadirnya negara untuk membantu PMI dan WNI yang bermasalah di luar negeri.
"Ini bukti kerja luar bisa, disinilah kekompakan dan solidaritas sosial itu menjadi penting. Saya
sangat berterimakasih khususya kepada warga NU yang bersedia mengumpulkan sumbangan
begitu besar auntuk membebaskan ibu Eti ini," tukasnya.
Ia juga berharap, apa yang dilakukan PBNU dan PKB, bisa menajdi inspirasi bagi ormas, LSM
dan kelompok keagamaan. "Kedua, tentu bebasnya Ibu Eti ini tak lepas juga dari keberhasilan
diplomasi politik yang dilakukan Kemenlu dengan Pemerintahan Malaysia. Kerja keras
pemerintah harus kita apresiasi," tandasnya.
Dan yang ketiga kata Dia, BP2MI dan Kemenaker bersama Pimpinan MPR RI, menjemput
langsung Eti Toyyib Anwar sebagai bukti negara benar-benar hadir. "Selain BP2MI dan Menaker
Ida Fauziyah, tadi juga hadir dari Komisi IX DPR RI dan pak Wakil Ketua MPR Pak Jazilul Fawaid,
ini bukti kerja kolaboraktif, kekompakan instrumen Kenegaraan. Saat ini kita tidak boleh bicara
ego sektoral, kita harus bicara merah putih, NKRI dan Indonesia," tandasnya.
"Mudah-mudahan kasus Ibu Eti ini jadi kasus yang terakhir. Meskipun Ibu Eti tadi cerita, masih
ada banyak WNI kita yang bermasalah di luar negeri. Mudah-mudahan kita dengan semangat
kerja kolaboratif bisa kembali membebaskan para PMI dari masalah-masalah yang sedang
dihadapi," pungkasnya.
Untuk diketahui, Eti Toyib Anwar divonis hukuman mati qishash berdasarkan Putusan
Pengadilan Umum Thaif No. 75/17/8 tanggal 22/04/1424H (23/06/2003M) yang telah disahkan
oleh Mahkamah Banding dengan nomor 307/Kho/2/1 tanggal 17/07/1428 dan telah disetujui
oleh Mahkamah Agung dengan No: 1938/4 tanggal 2/12/1429 H karena membunuh majikannya
warga negara Arab Saudi, Faisal bin Said Abdullah Al Ghamdi dengan cara diberi racun.
Tiga bulan setelah Faisal Bin Said Abdullah Al Ghamdi meninggal dunia, seorang WNI bernama
EMA atau Aminah (pekerja rumah tangga di rumah sang majikan) memberikan keterangan
bahwa Eti Toyib telah membunuh majikan dengan cara meracun.
Pembicaraan tersebut direkam oleh seorang keluarga majikan. Rekaman tersebut
diperdengarkan oleh penyidik saat menginterogasi Eti Toyib Anwar pada tanggal 16/1/2002
malam silam, yang mengakibatkan adanya pengakuan Eti Toyib bahwa yang bersangkutan telah
membunuh majikan.
Dalam proses pembebasannya, Pemerintah Indonesia dengan dukungan berbagai pihak
akhirnya membebaskan Eti dari hukuman mati dengan patungan membayar uang denda sebesar
Rp 15,2 miliar. Kasus Eti terjadi sejak 2001 dan ia pun sudah menjalani masa penahanan selama
19 tahun .***.
87