Page 78 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 17 JUNI 2020
P. 78

"Namun kenyataannya pasal ini jarang digunakan atau galau untuk dilakukan, kenapa? karena
              tak  ada  penjelasannya  sama  sekali  bagaimana  caranya  menyita,  kapan  dan  siapa  yang
              melakukan. Maka UU ini perlu untuk diperbaiki," kata Antonius dalam konfrensi pers secara
              daring, Selasa (16/6/2020).

              Kendati begitu, lanjutnya, semua regulasi yang berkaitan dengan kasus perdagangan orang
              perlu direformasi. Perlu dibuat peraturan-peraturan turunannya, seperti peraturan daerah yang
              bisa  mengakomodir  kebutuhan  korban.  Misalnya  peraturan  pengobatan  bagi  korban
              perdagangan orang.

              Menurut Antonius, selain kelemahan regulasi, penegakan hukum dalam kasus TPPO tersebut
              juga masih lemah. Masih banyak penyidik di tingkat Kepolisian yang kurang memahami hak
              restitusi atau ganti kerugian ABK yang menjadi korban perdagangan orang.
              Aparat penegak hukum mulai dari penyidik di tingkat Kepolisian, Kejaksaan hingga hakim harus
              mengingatkan dan menekankan restitusi korban.

              "Aparat  penegak  hukum  mulai  dari  tahap  penyidikan,  penuntutan  dan  hakim  harus  punya
              pengetahuan yang kuat untuk memberi tahu bahwa restitusi adalah hak korban," jelasnya.

              Selama ini dari banyak kasus ABK yang menjadi korban, penyidik Kepolisian tidak memasukan
              restitusi dalam berita acara pemeriksaan (BAP).

              "Pengetahuan penyidik tidak merata soal restitusi ini," tandasnya..















































                                                           77
   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83