Page 330 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 AGUSTUS 2021
P. 330

ATURAN KEMNAKER: PEKERJA DIRUMAHKAN TETAP BERHAK TERIMA GAJI

              Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) telah menerbitkan aturan yang mengatur hubungan
              kerja  di  masa  pandemi  Covid-19,  khususnya  di  masa  Pemberlakukan  Pembatasan  Kegiatan
              Masyarakat (PPKM).

              Aturan tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Ketenagakerjaan RI (Kepmenaker) Nomor
              104 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Hubungan Kerja Selama Masa Pandemi Corona
              Virus Disease 2019 (Covid-19).

              Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, Indah
              Anggoro Putri, menjelaskan, Kepmenaker No.104 Tahun 2021 mencakup 3 hal.

              Pertama, pelaksanaan sistem kerja dari rumah atau Work From Home (WFH) dan bekerja di
              kantor/tempat  kerja  atau  Work  From  Office  (WFO).  Kedua,  pelaksanaan  upah  dan  hak-hak
              pekerja lainnya.

              "Dalam Kepmenaker tersebut, kita sampaikan acuan atau pedoman bagi pengusaha dan pekerja
              yaitu pengusaha yang memberlakukan sistem kerja WFH tetap wajib membayar upah," kata
              Dirjen Putri dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (16/8).

              Sedangkan  untuk  WFO,  harus  diatur  persentase  pekerja  yang  bekerja  secara  WFO,  serta
              pengaturan  shifting  atau  pembagian  waktu  kerja  dan  hari  kerja  dalam  satu  bulan  secara
              bergiliran.
              "Jam kerja juga diatur dengan sebaik-baiknya dengan mengutamakan mereka yang sehat. Bagi
              ibu hamil atau rentan sakit agar bekerja dari rumah saja," ujar Dirjen Putri.

              Selanjutnya, dalam Kepmenaker No. 104 Tahun 2021 ini juga dijelaskan mengenai perusahaan
              yang terpaksa merumahkan pekerja karena dampak pandemi Covid-19. Di mana pekerja/buruh
              tetap berhak atas gaji/upah saat dirumahkan.

              "Lalu perusahaan yang secara finansial tidak mampu membayar upah bagi para pekerja, maka
              pengusaha dan pekerja dapat membuat kesepakatan penyesuaian upah," jelasnya.

              Aturan soal PHK Selain itu, perhitungan iuran manfaat jaminan sosial bagi pekerja, pesangon,
              dan hak-hak lain bagi pekerja, yang dihitungkan dengan upah, maka harus mengacu kepada
              upah sebelum penyesuaian.

              Lalu ruang lingkup ketiga yang diatur dalam Kepmenaker 104 Tahun 2021 adalah pencegahan
              Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

              Ditegaskan dalam Kepmenaker ini, PHK adalah jalan terakhir dan satu-satunya yang bisa diambil
              jika pandemi COVID-19 berdampak terhadap keberlangsungan usaha. "Tetapi PHK harus jalan
              paling akhir kalau sudah dilakukan upaya-upaya lain kemudian tidak ada jalan lain maka terpaksa
              PHK, namun harus suatu keputusan bersama antara pengusaha dan pekerja," tegas Dirjen Putri.
              Dirjen  Putri  mengingatkan,  jika  PHK  terpaksa  dibuat  karena  ketidakmampuan  finansial
              perusahaan, maka harus dibuktikan dengan laporan finansial perusahaan bahwa perusahaan
              tersebut sudah tidak mampu.

              "Dalam dialog bipartit dengan putusan PHK kiranya melibatkan dinas ketenagakerjaan setempat.
              Dan jangan lupa hak-hak pekerja ini harus tetap diberikan walaupun perusahaan itu bangkrut,"
              pungkasnya.

              Reporter: Tira Santia Sumber: Liputan6.com [idr]

                                                           329
   325   326   327   328   329   330   331   332   333   334   335